
6 Januari 2025 lalu PSSI melakukan konferensi pers terkait masa depan timnas Indonesia. Sebuah keputusan gambling dan berani diambil oleh PSSI dengan memecat Shin Tae Yong dari kursi pelatih kepala timnas Indonesia. Keputusan yang juga menimbulkan banyak tanda tanya bagi fans timnas🤔. Desas-desus pergantian pelatih yang sebelumnya berhembus deras di sosial media benar-benar dieksekusi. STY akan digantikan dengan pelatih asal Belanda yang dinilai dapat berkomunikasi lebih baik dengan pemain keturunan Belanda yang ada di timnas. Terlepas dari karakternya yang keras, bagaimanapun juga STY telah banyak melakukan perubahan terhadap timnas dan membawa atmosfer yang berbeda di level yang tak terbayangkan sebelumnya. STY sukses mengubah pandangan gw yang saat itu udah skeptis dan sempat stop nonton timnas dan liga lokal di era sebelumnya. Tulisan ini gw buat untuk menghormati jasanya selama 5 tahun ke belakang🫡.
Sempat Stop Nonton Sepak Bola Indonesia
Sebelum STY datang, gw sempat memutuskan untuk stop mengikuti timnas Indonesia setelah Indonesia dibantai 4-1 sama Filipina di AFF Cup 2014 di tengah kisruh internal PSSI. Ga lama kemudian PSSI dibekukan pemerintah, lalu diikuti pembekuan FIFA setelahnya karena intervensi pemerintah. Hal ini membuat gw yang dulunya ga pernah absen nonton timnas dan mengikuti sepak bola Indonesia sejak 2004 merasa percuma ngikutin timnas kalau PSSI-nya busuk gini. Apalagi Semen Padang FC di tahun 2014 juga gagal lolos semifinal ISL karena dijegal keputusan wasit saat lawan Arema Cronus di babak 8 besar. Semakin membuat citra PSSI di mata gw makin busuk. Tapi gw masih mengikuti Semen Padang FC di media online dan kadang-kadang masih nonton beberapa pertandingan Semen Padang FC di TSC 2016 hingga Liga 1 2017. Di Liga 1 2017 PSSI mengacak-acak aturan di waktu mepet seperti aturan pemain U21 wajib dimainkan minimal 45 menit. Sedangkan saat itu Semen Padang U21 lagi ga jalan karena sebelumnya PSSI dibekukan dan membuat Semen Padang FC membubarkan youth team mereka. Otomatis mereka ga punya stok pemain U21 yang bisa bersaing. Sebenarnya ada satu yang bagus, Alwi Slamat, itu juga dicolong PS TNI di tengah kompetisi karena dia juga seorang TNI dan harus mematuhi perintah atasannya untuk membelot ke PS TNI. Aturannya pun hanya setengah musim, abis itu dicabut lagi sama PSSI😤. Ditambah aturan Marquee Player yang secara mendadak diregulasikan di saat Liga sudah dimulai🫨. Ini membuat persaingan tim jadi ga seimbang. Semen Padang FC yang ga siap dengan regulasi-regulasi mendadak itu akhirnya terdegradasi. Gw pun merasa PSSI makin lama makin bobrok. Ga worth it untuk menonton sepak bola Indonesia, hanya buang-buang waktu. Gw memutuskan untuk stop total menonton dan mengikuti sepak bola Indonesia, termasuk unfollow semua akun-akun sepak bola di semua sosial media.
Era Luis Milla Hingga Shin Tae Yong
Di periode awal 2015 hingga akhir 2021 gw stop ngikutin timnas. Kalaupun ada gw nonton timnas, itu karena ga enak nolak ajakan nobar aja sama teman, sisanya gw benar-benar enggan nonton timnas. Mending gw belajar ngoding🧑💻, lebih produktif dibanding nonton sepak bola Indonesia yang ga jelas itu😤. Pas Luis Milla ngelatih timnas di Asian Games 2018 gw sempat nonton lagi sih, tapi di Asian Games itu doang karena penasaran gw sama polesan pelatih kelas dunia yang pernah menang Euro U21 bareng Spanyol. Tapi habis itu Luis Milla kontraknya ga diperpanjang lalu diganti Bima Sakti dan dilanjutin Simon McMenemy. Timnas kembali terpuruk hingga peringkat 170 FIFA😭. Sejak gw boikot malah makin hancur ternyata. Keputusan gw ternyata tepat untuk tidak membuang-buang waktu buat nonton timnas selain Asian Games 2018. PSSI kemudian ganti ketum dan Simon McMenemy juga dipecat. Penggantinya adalah Shin Tae Yong yang sebelumnya pernah juara Liga Champions Asia bersama Seongnam Ilhwa Chunma dan mengejutkan dunia saat bersama timnas Korea Selatan mengalahkan Jerman 2-0 di Piala Dunia 2018. Gw sama sekali ga peduli, bahkan menurut gw STY ini kualitasnya masih di bawah Luis Milla. Rekam jejaknya sebenarnya lumayan. Tapi gw pikir nasibnya bakal sama kayak Luis Milla, bakal dipecat juga nantinya. Gw benar-benar pesimis sama STY yang menurut gw ga akan memberikan dampak apa-apa sama timnas dan hopeless banget sama PSSI kala itu, siapa pun ketuanya.
Nonton Timnas Lagi
Hingga akhirnya di akhir 2021 saat AFF 2020 gw lagi scroll-scroll Facebook liat postingan orang-orang yang bilang timnas Indonesia mainnya bagus di bawah STY. Gw pikir itu hanyalah fans FOMO yang baru nonton sepak bola Indonesia. Gw masih ga tertarik buat nonton timnas lagi. Waktu itu gw lagi liburan akhir tahun ke Solok. Gw nginep di rumah kakak gw yang ga ada tv-nya. Jadi gw hanya buka Facebook doang selama di sana. Gw kembali ngeliat postingan pujian terhadap permainan timnas di AFF yang saat itu comeback 2-1 lawan Malaysia di babak pertama. Karena bosan, penasaran juga gw, apa iya timnas mainnya sebagus itu? Gw download aplikasi Vidio dan streaming lewat HP. Gw nontonnya udah mulai dari babak kedua. Ternyata di luar ekspektasi, timnas mainnya benar-benar keren saat itu. Skor akhir 4-1 untuk kemenangan timnas. Gw merasa ada harapan untuk juara di tim ini bersama STY. Gw liat nama-nama pemainnya, ada Pratama Arhan, Ramai Rumakiek, Dewangga, Rizky Ridho, Ernando Ari, Ricky Kambuaya. Gw jadi bertanya-tanya, “mereka ini siapa?”. Terakhir gw sempat nonton timnas U23 Asian Games 2018 kayaknya ga ada deh nama-nama ini. Ternyata potong generasi yang digaungkan PSSI dan STY saat itu bukanlah omong kosong. Mereka benar-benar menciptakan regenerasi yang benar-benar berkualitas. Pemain-pemain muda itu mengalahkan Malaysia dan Singapura yang tampil dengan tim terbaik mereka. Sayangnya, Thailand yang juga sedang prime saat itu mengubur mimpi timnas untuk juara AFF😭. Tapi setidaknya harapan gw untuk memiliki federasi dan timnas yang bagus itu muncul lagi. Gw kembali excited nonton timnas setelah bertahun-tahun hopeless.
Lolos Piala Asia
Walaupun gw udah mulai excited lagi buat ngikutin timnas, tapi gw masih belum sepenuhnya percaya dengan tim ini. Perubahan memang ada, tapi kayaknya masih panjang perjalanan mereka. Untuk menembus Piala Asia 2023 kayaknya terlalu muluk buat mereka. Apalagi tuan rumah kualifikasi adalah Kuwait yang merupakan tim papan tengah Asia, sedangkan Indonesia masih tergolong tim papan bawah Asia. Ditambah Yordania yang bukan kaleng-kaleng. Gw pesimis di stage ini dan memutuskan ga nonton, karena menurut gw ga bakal lolos. Tapi ternyata tim ini benar-benar menjadi kejutan. Mereka mengalahkan tuan rumah Kuwait 2-1 di pertandingan pertama🥳. Sejak itu gw memutuskan full 100% mendukung timnas lagi dan akan berusaha menonton setiap pertandingan seperti dulu lagi meskipun dini hari. Apalagi selain lolos Piala Asia 2023, timnas U23 di bawah STY juga lolos Piala Asia U23 untuk pertama kalinya🥳. Untuk pertandingan kualifikasinya kali ini gw benar-benar mengikuti perkembangannya dari awal hingga lolos. STY membalikkan pandangan gw dulu yang pesimis menjadi optimis terhadap masa depan timnas. Bahkan gw yang jarang banget buka Twitter jadi sering buka Twitter lagi buat ngikutin diskusi dan berita terbaru tentang timnas. Dulu gw buka Twitter tiap ada kejadian viral doang🤭.
Rutin FIFA Matchday
PSSI di era Iwan Bule benar-benar menaikkan standar level PSSI. Mereka berencana akan rutin mengadakan pertandingan FIFA Matchday. Hal itu dimulai dengan uji coba melawan Curacao. Gw aja baru dengar nama negara ini, tapi peringkat negaranya udah 100 besar aja😅. Timnas main dengan high pressing disertai umpan-umpan pendek seperti di AFF Cup. Gw masih ga nyangka timnas berani main begini lawan tim peringkat 100 besar FIFA. Biasanya kalau udah lawan tim peringkat 100 besar bakal otomatis parkir bus. Hasilnya kita menang 3-2 dan 2-1 berturut-turut. Diikuti uji coba lawan Burundi dan Turkmenistan dengan kualitas permainan yang kurang lebih sama. Gw benar-benar merasa level timnas saat ini udah jauh lebih baik dari terakhir yang gw ikuti. Terkhusus permainan gegenpressing yang jadi strategi favorit gw di Football Manager. Gw benar-benar menikmati permainan timnas Indonesia😍.
Piala Asia
Sejak tragedi Kanjuruhan, Iwan Bule mengundurkan diri sebagai ketua PSSI dan merestui diadakannya KLB pergantian ketua umum. Hasilnya Erick Thohir terpilih sebagai ketua PSSI yang baru. Melihat track record dia sebagai mantan presiden Inter Milan, walaupun sebentar doang, gw rasa PSSI akan lebih baik lagi di masa depan. Kontrak STY sebenarnya berakhir Desember 2023 karena hanya dikontrak 4 tahun oleh Iwan Bule. Tapi karena Covid-19, Piala Asia 2023 terpaksa diundur hingga Januari 2024. Erick Thohir menawarkan perpanjangan kontrak jangka pendek pada STY hingga kelar Piala Asia U23 di Juni 2024 di tengah desas-desus pergantian pelatih yang katanya Erick Thohir sedang mempertimbangkan pelatih Eropa. STY diberi target lolos ke babak knock-out untuk Piala Asia dan semifinal untuk Piala Asia U23. Target yang buat gw ga masuk akal. Ini tim isinya mayoritas pemain muda yang rerata umurnya paling muda dibanding tim lain. Peringkat FIFA timnas juga terendah kedua selain Hong Kong. Kita baru lolos lagi sejak terakhir tahun 2007, itu pun lolos karena jadi tuan rumah. Bahkan pundit luar negeri di Youtube memprediksi timnas Indonesia akan jadi tim terburuk di turnamen karena pemainnya masih terlalu muda untuk event sebesar ini. Diberi target sebesar itu sangat ga masuk akal. Tapi keliatannya STY santai aja dengan target itu. Gw pikir Erick Thohir hanya ingin menjadikan target itu sebagai motivasi tambahan aja agar timnas mampu mencapai limit kemampuan mereka. Gw masih positive thinking, kalaupun ga lolos tim ini akan tetap berlanjut untuk agenda selanjutnya. Dan ternyata tim ini benar-benar mengejutkan. Walau kalah lawan Iraq di laga perdana, tapi permainan timnas benar-benar bisa bermain terbuka mengimbangi permainan Iraq. Timnas ga main parkir bus! Itu pun gol kedua Iraq berbau offside. Lawan Vietnam kita bisa menang dan terakhir kita kalah lawan Jepang. Timnas lolos ke babak selanjutnya secara dramatis untuk pertama kalinya sebagai peringkat ketiga terbaik setelah Kyrgyzstan mengimbangi Oman di laga penyisihan babak grup terakhir dan timnas bertemu Australia di babak knock out. Timnas kembali bermain terbuka lawan Australia walaupun akhirnya kita kalah 4-0. Tapi melihat permainan itu, gw respect sama perjuangan timnas🫡.
Piala Asia U23
Ini adalah pertama kalinya timnas lolos Piala Asia U23. Sempat ada keraguan akan tampilnya pemain abroad terkait ijin dari klub. Ditambah Elkan Baggot yang diharapkan jadi andalan malah cedera. Target semifinal dinilai sangat ga realistis. Tapi STY terlihat yakin dengan tim ini. Perlahan semua pemain abroad lainnya mengonfirmasi kehadiran mereka ke timnas. Timnas tampil benar-benar luar biasa. Mengalahkan Australia 1-0, Yordania 4-1, hingga Korea Selatan lewat adu penalti. Timnas benar-benar lolos ke semifinal sesuai target yang ga masuk akal itu🥳. STY membuktikan bahwa tim ini punya potensi. Out of nowhere, Erick Thohir sesumbar memberi target baru: lolos Olimpiade🫨. Kemudian timnas kalah lawan Uzbekistan di semifinal. Di perebutan tempat ketiga, timnas juga kalah lawan Iraq meskipun sempat unggul lebih dulu. Secara permainan kita harusnya menang lawan Iraq dan berhak lolos ke Olimpiade, tapi Iraq berhasil memanfaatkan faktor kelelahan timnas. Di laga playoff pun kita kalah lewat penalti siluman Guinea. Harapan lolos ke Olimpiade pupus sudah. Tapi pencapaian ini sudah melebihi ekspektasi fans timnas. Ga ada yang percaya sebelumnya timnas bisa sejauh ini. Pasca turnamen ini harusnya kontrak STY langsung diperpanjang untuk jangka panjang sesuai kesepakatan awal. Tapi kemudian desas-desus untuk menggantinya dengan pelatih Eropa di timnas senior kembali mencuat karena proses penanda-tanganan kontrak ini berulang kali tertunda. Hingga akhirnya kontrak STY resmi diperpanjang hingga Desember 2027.
Lolos Ronde 3 Kualifikasi Piala Dunia & Piala Asia 2027
Lanjut ke ronde 2 kualifikasi Piala Dunia, timnas berhasil menang back-to-back lawan Vietnam, 1-0 di GBK dan 3-0 di Vietnam mengulang kesuksesan 20 tahun lalu di Piala Tiger 2004 era Boaz Solossa. Meskipun kalah lawan Iraq, timnas berhasil kalahkan Filipina dan memastikan tiket back-to-back ke Piala Asia 2027 nanti dan lolos ke ronde 3 untuk pertama kalinya. Di ronde 3 level lawannya jauh di atas Indonesia seperti Jepang, Australia, Saudi Arabia, bahkan Bahrain dan China pun sebenarnya level mereka di atas Indonesia. Di sini PSSI kembali ngasih target sulit: lolos ronde 4 Piala Dunia. Tapi dengan tambahan beberapa naturalisasi gw rasa kita bisa menggapainya. Timnas mengawali ronde 3 dengan baik, menahan imbang Saudi, Australia, dan Bahrain. Mungkin karena ekspektasi yang ketinggian setelah hampir menang lawan Bahrain, kalah lawan China di kandang China jadi pelampiasan orang-orang untuk membangun narasi pemecatan yang kembali mencuat. Selanjutnya lawan Jepang memang udah diperkirakan kalah. Publik yang pesimis kembali dikejutkan berkat kemenangan 2-0 lawan Saudi Arabia untuk pertama kalinya😍. Kemenangan bersejarah ini sekaligus sukses membungkam orang-orang yang selama ini membangun narasi jelek terhadap tim ini. Meskipun masih ada juga kritik yang bilang permainan timnas hanya mengandalkan counter attack. Ya liat aja lawannya, ini Saudi Arabia. Kita memang memiliki pemain naturalisasi yang lebih baik, tapi tetap aja kualitasnya masih di bawah Saudi Arabia. Pemain abroad di timnas mayoritas masih diisi pemain muda. Bahkan hanya Maarten Paes, Jay Idzes, dan Mees Hilgers yang statusnya Important Player di klubnya. Sisanya statusnya hanyalah Fringe Player hingga Squad Player di klub masing-masing. Menghadapi tim yang udah langganan Piala Dunia dengan skuad yang lebih matang emang ekspektasinya apa? Bisa menang 2-0 aja udah di luar ekspektasi. Sebuah tim bermain pragmatis itu kadang karena memang dipaksa oleh lawannya yang secara kualitas dan kematangan memang di atas.
ASEAN Cup 2024
Pertengahan tahun 2024 PSSI klaim bahwa mereka ingin timnas lebih fokus kualifikasi Piala Asia U23 dan SEA Games di mana Liga 1 hanya akan diliburkan untuk ajang ini, sedangkan untuk ASEAN Cup 2024 Liga 1 tetap dilanjutkan. Imbasnya, di ASEAN Cup 2024 timnas hanya akan menggunakan pemain U23 plus Arhan yang ga dapat kesempatan main di Korea dan Asnawi yang lagi libur dari Liga Thailand. Itu pun minus pemain abroad Eropa seperti Justin Hubner dan Ivar Jenner yang ga dapat izin dari klub. Karena hanya menggunakan pemain U23 dan minus pemain abroad dari Eropa, maka PSSI pun sempat bilang ga ada target apa-apa di turnamen ini. Tujuannya hanya untuk persiapan kualifikasi Piala Asia U23 dan SEA Games 2025. Menghadapi tim lain yang persiapannya lebih matang, timnas harus terseok-seok imbang lawan Laos dan Vietnam, lalu kalah di kandang lawan Filipina. Timnas hanya menang lawan Myanmar. Posisi ini membuat timnas gagal lolos semifinal. Gw sendiri masih memaklumi. Thailand lawan Laos saat FIFA Matchday juga ditahan imbang di kandang. Thailand lawan Filipina di semifinal juga kalah di leg 1 dan baru bisa menang lewat extra time di leg 2.
Pemecatan Shin Tae Yong
Isu pemecetan untuk kesekian kalinya kembali muncul. Karena udah terbiasa, gw sih menganggapnya hanya angin lalu. Sempat terbongkar 2 akun koordinator buzzer yang menawarkan Rp700 per postingan untuk narasi pemecatan STY. Kabar tersebut dibarengi dengan komentar dari pundit yang tadinya sering menggiring opini publik untuk berpikir bahwa ASEAN Cup hanyalah Piala Chiki, tapi sekarang malah menarasikan pemecatan dan merekomendasikan pelatih Belanda. Diperjelas dengan beberapa postingan Instagram dari exco PSSI sehari sebelum pemecatan dan undangan dari PSSI pada jurnalis. Hingga tanggal 6 Januari 2025 kabar pemecatan tersebut dibenarkan dalam konferensi pers. Dinamika di ruang ganti sebelum lawan China dijadikan alasan pemecatan. Semakin memperuncing isu konflik antara pelatih dan pemain yang sebelumnya juga rame dinarasikan. Kalau diingat-ingat lagi sejak awal jadi ketua PSSI Erick Thohir emang sering ngasih kode pelatih Eropa dan beberapa kali foto dengan Patrick Kluivert di awal 2024. Makanya perpanjangan kontrak sempat diulur beberapa bulan dan selama ini timnas sering dikasih target tinggi seperti, lolos grup Piala Asia, semifinal Piala AFC U23, bahkan setelah tercapai ditargetin lagi hingga olimpiade, lalu target lolos ronde 3 Piala Dunia yang direvisi lagi jadi lolos ronde 4 Piala Dunia. Kemudian PSSI bilang di media, kalau bukan 2026, Indonesia harus menunggu hingga tahun 2030 untuk lolos Piala Dunia. Erick Thohir sampai bikin drama di ruang ganti dan mengancam mundur dari PSSI abis kalah lawan Jepang yang sebenarnya emang ga make sense dikalahkan saat ini. Jadi sebenarnya target timnas ini apa sih? Parameternya ga jelas, semuanya bisa berubah di tengah jalan. Gw rasa ini hanya alibi agar STY dipecat jika gagal memenuhi target. Apesnya, STY selama ini selalu memenuhi target awal. Bahkan kemenangan lawan Saudi Arabia semakin membuka peluang timnas untuk mencapai target baru. Kekalahan lawan China dan gagal lolos grup di ASEAN Cup pun dijadikan alasan pemecatan dibumbui isu konflik dengan pemain. Akhirnya PSSI punya alibi. Sebuah keputusan yang sangat beresiko di mana saat ini timnas berada di posisi 3 klasemen dan masih on track untuk mencapai target awal dengan sisa 4 pertandingan. Pelatih baru tentu perlu beradaptasi menangani timnas dalam waktu 2 bulan sebelum tandang ke Australia.
Isu Konflik Pelatih-Pemain
Isu konflik dengan pemain dimainkan sebagai pembenaran terhadap pemecatan. Ada yang klaim bahwa beberapa pemain ga setuju dengan taktik STY, makanya pas lawan China beberapa pemain dicadangin. Pertama, isu itu sampai sekarang masih belum bisa dibuktikan dengan jelas, yang ada hanyalah broadcast postingan di sosial media yang di-copy-paste dari satu akun ke akun lainnya dan klaim sepihak dari PSSI. Kedua, kalaupun itu benar, taktik itu hak pelatih. Pelatih bertanggung-jawab penuh terhadap taktik. Tanggung jawab pemain adalah bermain sesuai instruksi pelatih. Konflik kayak gini sebenarnya hal biasa dalam sepak bola. Sir Alex Ferguson dengan Beckham, Staam, Roy Keane, Rooney, hingga Nistelrooy. Luis van Gaal dengan Chicharito. Pep Guardiola dengan Ibrahimovic, Cancelo, Eto’o, dan Joe Hart. Jose Mourinho dengan Pogba, Luke Shaw, dan Mata. Bahkan terakhir Ten Haag dengan Ronaldo dan Sancho. Ada beberapa yang berakhir damai, ada juga yang dijual ke klub lain. Pelatih memang memiliki kontrol yang absolute terhadap timnya. Apalagi sebenarnya kalau diliat dari sisi pemain, mayoritas pemain justru support STY. Jadi sebenarnya yang berkonflik dengan STY ada berapa pemain? Apakah worth it membela 2 atau 3 pemain dengan mengorbankan proses yang sedang on track di ronde 3 Piala Dunia?
Kendala Bahasa
Ada juga klaim dari salah satu pemain naturalisasi yang udah ga dipanggil timnas bahwa kendala bahasa jadi salah satu kekurangan STY. Ya, perlu diakui STY selama ini emang ga fluent English in speaking dan ga bisa Bahasa Indonesia. Dia butuh translator dari asisten pelatih untuk terjemahan English dan Jeje untuk terjemahan ke Bahasa Indonesia secara bersamaan. Bahasa sepak bola adalah bahasa universal. Beberapa pelatih top dunia juga ga fluent English in speaking seperti Zidane, Unai Emery, Fabio Capello, Bielsa, hingga Conte. Beberapa pemain top pun juga ada yang ga fluent English seperti Park Ji Sung yang harus diterjemahin sama Evra pelan-pelan selama di Manchester United. Semuanya masih bisa sukses. Bahkan untuk STY pun di timnas dia masih bisa achieve beberapa target besar, mulai dari timnas U20, U23, hingga senior. Bahkan sebelum banyak diisi pemain naturalisasi. Artinya, selama ini bahasa ga terlalu bermasalah. Kenapa baru dipermasalahin sekarang?
Narasi Liar Lainnya
Ada juga narasi yang bilang mencadangkan Eliano sebagai alasan pemecatan, di mana dulu PSSI bersusah payah mengurus naturalisasi Eliano dan Hilgers. Ironis, selama ini kita menolak pemain titipan di timnas, tapi malah standar ganda jika ini terjadi pada pemain naturalisasi. Gw sangat menolak jika pemain naturalisasi ini dapat perlakuan khusus. Mereka secara sadar memilih kewarganegaraan Indonesia dan kita ga perlu ngasih jaminan apapun. Pelatih punya hak untuk memainkan pemain yang sesuai dengan skemanya, dan pelatih bertanggungjawab atas pilihannya. Apa pun alasannya tentu pelatih lebih tau kondisi di lapangan. Ini realita sepak bola di dunia nyata, bukan Career Mode di game FIFA atau Master League di PES. Ga semua pemain bisa langsung beradaptasi dengan cepat. Kalau di game memang benar, pemain baru dengan atribut bagus bisa langsung familiar dengan lingkungan baru. Memang ada pemain seperti Calvin Verdonk yang adaptasinya cepat. Tapi jangan lupa, Sandy Walsh aja di awal harus digeser main di bek tengah dan butuh waktu untuk menggeser Asnawi di posisi inti bek kanan. Ada lagi narasi tentang STY suka eksperimen ga jelas. Di dunia nyata ga semua pemain bisa bermain dalam performa terbaiknya. Ada banyak faktor di dalamnya, dari sisi teknis, taktikal, hingga psikologis. Justru kalau dia miskin taktik dia hanya akan memainkan starting line-up yang sama tiap match dengan formasi yang sama. Jika kemenangan lawan Saudi Arabia dianggap taktik pemain yang berdiskusi sebelum lawan Saudi Arabia, berarti sudah hebat banget pemain timnas kita bisa ngalahin tim sekelas Saudi Arabia tanpa menghiraukan taktik pelatih. Sebuah narasi bodoh yang entah dari mana sumbernya berasal. Jika pemain udah merasa hebat bikin taktik, kenapa ga bermain menyerang sekalian lawan Saudi Arabia? Kenapa main counter attack seperti taktik saat ngelawan Bahrain?
Diganti Patrick Kluivert
Pemecatan pelatih dalam dunia sepak bola adalah hal biasa. Yang gw sayangkan hanyalah waktu pemecatan yang dilakukan justru di saat tim ini masih on track. Tapi sudahlah, semuanya sudah terjadi. Apalagi kalau misalkan ternyata pengganti STY jauh lebih bagus, tentu semua ini bisa dimaklumi. PSSI ngasih clue bahwa penggantinya adalah pelatih asal Belanda. Ada beberapa nama besar yang sering muncul, dari Louis van Gaal hingga Erik Ten Haag. Jika ini benar, tentu sangat bisa dimaklumi pemecatan STY. Sayangnya, Fabrizio Romano memberi kabar bahwa pelatih baru timnas adalah Patrick Kluivert. Sebagai pemain dia adalah legenda dan namanya cukup besar di Eropa. Sebagai pelatih jam terbangnya masih minim. Dia hanya setahun melatih Curacao dari 2015 hingga 2016. Sisanya dilanjutkan sama Bicentini. Ini juga jadi bahan narasi hoax di sosial media yang bilang Curacao masuk 100 besar FIFA berkat Kluivert, padahal itu berkat Remko Bicentini. Dia kembali melatih Curacao tahun 2021 karena Guus Hiddink kena Covid-19 selama 6 pertandingan dan hanya menang sekali di periode kedua. Selanjutnya dia melatih klub Turkey, Adana Demirspor yang hanya bertahan 6 bulan. Ga ada prestasi yang menjanjikan dari pengalaman dia sebagai pelatih kepala. Wajar jika fans timnas ragu, STY aja yang pernah juara Liga Champions Asia bersama Seongnam Ilhwa Chunma dan ngalahin Jerman di Piala Dunia masih diragukan di awal kepelatihannya, apalagi Kluivert🤦.
Problematik dan Absurd
Di luar lapangan, Kluivert juga dikenal problematik. Di Belanda dia dinyanyiin chant “Jingle Bell Kluivert in de cel” dengan lirik yang diubah sesuai masalah dia selama di Belanda seperti nabrak orang sampai mati dan pelecehan seksual. Dia juga jadi brand ambassador situs judi. Ironis, Presiden Prabowo berkomitmen membasmi judi online, tapi Erick Thohir malah merekrut brand ambassador salah satu situs judi terbesar di dunia sebagai pelatih. Bahkan Kluivert sendiri pernah kena masalah karena punya hutang judi milyaran rupiah. Selain Kluivert, PSSI juga merekrut Pastoor dan Landzaat sebagai asisten. Untuk posisi asisten, mereka berdua ini memang lebih mentereng kualitasnya. Bahkan ada juga yang menarasikan bahwa Kluivert hanya sebagai abang-abangan saja, sedangkan taktik akan dikelola asisten. Staff pelatih timnas udah kayak skena anak tongkrongan🤣. Kocaknya lagi, Erick Thohir bilang Kluivert dipilih karena cuma itu yang hadir interview di waktu Natal yang dianggap sebagai nilai plus. Absurd banget, ga habis pikir gw😅. Terbaru gw dengar, selain Kluivert kandidat lainnya adalah Giovanni van Bronckhorst dan Frank de Boer. Jujur aja, dibanding Kluivert, rekam jejak kepelatihan keduanya levelnya jauh lebih baik. Apa karena mereka ga mau datang pas interview Natal? Ada sumber yang bilang karena mereka ingin menunjuk asisten sesuai yang mereka mau, sedangkan PSSI ingin menunjuk asisten sesuai keinginan PSSI. Agak aneh memang, pelatih kepala disuruh bekerja dengan asisten yang bukan pilihannya.
Target Masih Plin-Plan
Sebelumnya, Erick Thohir sempat bikin statement untuk mempercepat mimpi lolos Piala Dunia. Bahkan di interview perkenalan pertama, Kluivert pun menargetkan lolos Piala Dunia 2026. Belakangan, mereka merevisi omongan masing-masing. PSSI melalui exco bilang targetnya dari awal adalah Piala Dunia 2030. Lalu Kluivert di interview terakhir juga bilang ga ada target lolos Piala Dunia 2026. Masih ga jelas parameter targetnya. Selalu berubah-ubah😅. Selain itu, mereka juga sedang memproses naturalisasi Jairo Riedewald yang umurnya sudah 28 tahun. Gw ga mempermasalahkan naturalisasi selama sesuai kebutuhan. Tapi kalau targetnya Piala Dunia 2030 buat apa naturaliasi Riedewald? 5 tahun yang akan datang dia udah ga berada di usia prime lagi. Sangat sedikit atlet sepak bola yang masih berada di masa prime saat usianya udah 33 tahun ke atas. Kenapa ga cari pemain potensial aja untuk 2030? Gw pikir PSSI sekarang bakal jauh lebih baik dari pendahulunya. Ternyata ga jauh beda. Satu-satunya alasan gw mendukung kepengurusan sekarang adalah karena timnas. Kalau timnasnya diurus kayak gini justru bikin tingkat kepercayaan publik malah menurun. Untuk urusan kompetisi dalam negeri juga kita masih tertinggal dari negara Asia Tenggara lainnya.
Good Bye Shin Tae Yong, Good Luck Patrick Kluivert
Kita semua masih ga tahu, apakah gambling pergantian pelatih ini tepat atau bukan. Cuma waktu yang bisa menjawabnya. Saat ini Kluivert masih belum bisa diterima bagi sebagian fans karena track record kepelatihannya dan masalah dia di luar lapangan. Persis seperti STY saat pertama kali datang ke Indonesia, dulu banyak yang pesimis dengan pelatih Korea itu. Gw pun meragukan STY karena menurut gw levelnya masih di bawah Luis Milla. Tapi STY membuktikan bahwa dia emang layak dan membuat orang yang tadinya pesimis jadi optimis. Dia mampu membuat gw yang tadinya udah hopeless sama timnas kembali antusias mengikuti timnas lagi. Apakah Kluivert bisa melakukan hal yang sama? Tentu saja jika dia berhasil membawa timnas lolos Piala Dunia dia akan membungkam orang-orang yang meragukannya. Gw akan sangat senang jika dia berhasil melakukan itu☺️. Apalagi standar yang ditinggalkan STY selama melatih timnas cukup tinggi. Ga mudah untuk menyamai pencapaiannya selama ini. Untuk terakhir kalinya, gw ucapkan terima kasih pada Shin Tae Yong🙏. Progress yang udah dia ukir akan dilanjutkan oleh Patrick Kluivert tentunya dengan tekanan dan ekspektasi yang lebih tinggi dari fans timnas. Good luck buat Patrick Kluivert!