Pilihan Investasi
Sun. Sep 8th, 2024 12:00 AM14 mins read
Pilihan Investasi
Source: HuggingFace@KingNish SDXL Flash - investment

Untuk kali ini gw akan ulas pilihan investasi secara umum. Karena di luar sana banyak juga yang masih ga ngerti investasi dan malah suudzon sama investasi. Dikira penipuan lah, palsu lah, dan tuduhan lainnya. Padahal pilihan investasi itu banyak, kita bisa pilih jenis investasi yang sesuai dengan prinsip dan goals masing-masing. Yang penting berhati-hati aja sama oknum-oknum yang menawarkan cuan dengan cepat dengan berbagai modus atas nama investasi, karena bisa jadi itu penipuan.

Emas

Instrumen investasi pertama yang paling gampang dipelajari adalah Emas. Emas adalah benda yang dinilai berharga. Kita bisa membelinya berupa emas batangan ataupun dalam bentuk perhiasan. Orang jaman dulu seringnya membeli emas dalam bentuk perhiasan untuk berinvestasi karena tingkat resikonya rendah, mudah disimpan, dan hampir pasti untung karena kenaikannya cenderung stabil.

Keuntungan Emas

Emas paling cocok untuk investor pemula yang masih takut memulai investasi karena resikonya rendah. Namanya investasi tentu ada resikonya, tapi emas ini salah satu instrumen investasi yang resikonya paling rendah. Setidaknya emas dapat menjaga nilai harta kekayaan kita agar tetap stabil.

Resiko Emas

Sayangnya emas ga bisa menghasilkan pendapatan pasif. Kita hanya bisa menikmati keuntungan saat menjualnya secara utuh. Ini salah satu alasan gw ga mau berinvestasi emas karena ga ada Compound Interest yang bisa kita puterin lagi untuk investasi😓. Selain itu, harga emas itu naik tinggi hanya saat terjadi inflasi. Kita bisa untung besar kalau nilai rupiah melemah. Begitu juga saat terjadi deflasi, maka emas juga bisa turun harganya walaupun jarang. Karena emas ini adalah investasi fisik, kita ada resiko jadi korban tindak kriminal juga🦹.

Properti

Properti ini bisa berupa tanah, kebun, sawah, rumah, apartemen, ruko, kos-kosan, atau properti komersial lainnya🏘️. Ini juga salah satu instrumen yang cukup populer dari dulu hingga sekarang. Cita-cita orang jaman dulu kalau sukses adalah bisa punya rumah lalu disewain dan dapat pendapatan pasif dari uang sewa.

Keuntungan Properti

Semakin bertumbuhnya populasi dan semakin sempitnya lahan membuat permintaan terhadap properti selalu tinggi. Sesuai hukum ekonomi, jika permintaan tinggi maka harga naik. Apalagi jika seiring berjalannya waktu mulai dibangun fasilitas umum di sekitarnya seperti tol, mall, sekolah, dan lain-lain, bisa melambung tinggi harganya. Makanya harga properti itu cenderung naik tiap tahun sehingga menjadi salah satu instrumen investasi favorit banyak orang. Tingkat resikonya juga termasuk rendah. Kita juga bisa mendapatkan pendapatan pasif bila disewakan.

Resiko Properti

Dari segi harga beli terbilang cukup mahal. Ini kurang cocok untuk kalangan menengah ke bawah, termasuk gw🥴. Investasi properti ini memang sering dilakukan oleh kalangan atas sih. Selain itu, kita perlu effort dan biaya untuk melakukan perawatan yang tentu ga murah. Harga properti juga bisa jatuh jika terjadi hal buruk seperti bencana alam, kebakaran, atau berita jelek tentang properti tersebut seperti bekas pembunuhan, ataupun isu berbau mistis👻. Walaupun seiring berjalannya waktu harganya bakal pulih kembali jika keadaan membaik. Instrumen properti itu juga ga likuid, cenderung sulit saat mau dijual. Jarang banget ada properti yang bisa terjual dalam waktu singkat, biasanya baru laku itu setelah dilego beberapa bulan, bahkan ada yang baru laku setelah lebih dari setahun. Itupun ga langsung cair dananya, karena masih ada proses administrasi kayak balik nama, pengecekan segala dokumen, sertifikat, dan banyak hal lainnya yang cukup ribet😓.

Nabung di Bank

Cara paling gampang lainnya adalah dengan menabung di Bank🏦. Saat kita menabung di Bank, uang yang kita tabung sebenarnya ga “disimpan” begitu aja oleh Bank, melainkan diputerin untuk usahanya. Salah satu kegiatan usaha Bank adalah peminjaman dengan bunga. Saat hutang tersebut dibayar, pihak yang berhutang akan dikenakan Bunga tambahan saat membayarnya. Dari situlah Bank mendapat keuntungan dan sebagian dari keuntungan tersebut dibagikan kepada nasabah yang uangnya dipakai oleh Bank yang saldo bulanannya sesuai saldo minimal yang diatur oleh Bank tersebut.

Keuntungan Nabung di Bank

Ini sama sekali ga ribet. Kita tinggal simpan uang di Bank dengan minimal saldo tertentu tiap bulannya seusai aturan masing-masing Bank. Lalu Bank akan mengirimkan kita Bunga tiap bulan. Yang penting saldo kita ga kurang dari saldo minimal yang diatur oleh Bank. Selama menabung, kita masih bisa menarik uang jika dibutuhkan

Resiko Nabung di Bank

Bunga Bank itu biasanya kecil banget. Buat gw ga worth it sih😅. Apalagi di Bank biasanya juga ada biaya kartu atau biaya admin bulanan. Belum lagi jika dikurangi Pajak Bunga. Malah ga berasa untungnya😥. Bagi umat muslim, menerima Bunga dianggap Riba karena Bunga Bank yang kita dapat berasal dari keuntungan Bank dalam memberi hutang melalui uang yang kita simpan. Sehingga secara tidak langsung kita juga turut serta sebagai pemberi hutang yang menerima manfaat. Dalam Islam, kita dilarang menerima manfaat dari transaksi hutang.

Deposito

Deposito adalah instrumen investasi yang cukup populer oleh kalangan orang tua yang dulunya udah melek investasi. Deposito itu seperti kita ngasih pinjaman uang ke bank, lalu uang tersebut ga bisa kita ambil hingga beberapa bulan sesuai kesepakatan. Setelah jatuh tempo sesuai tanggal berakhirnya kesepakatan, Bank akan mengembalikan uang yang kita pinjamkan ditambah Bunga. Bedanya dengan nabung biasa adalah di sini kita secara langsung memberi hutang ke Bank.

Keuntungan Deposito

Bunga yang ditawarkan lebih tinggi daripada Bunga tabungan biasa. Bunganya kisaran 2-4% per tahun tergantung Bank. Tapi jaman sekarang lagi rame Bank Digital yang menawarkan Bunga di atas 5%. Ini juga ga ribet, kita tinggal setor ke Bank dan nikmati hasilnya saat tanggal jatuh tempo.

Resiko Deposito

Walaupun Bunganya lebih baik dibanding menabung biasa, tetap saja nilainya masih kecil. Selama belum jatuh tempo, kita tidak bisa menarik uang yang telah kita deposit. Kalaupun bisa ditarik sebelum jatuh tempo, maka kita akan dikenakan denda. Selain itu, Deposito juga dinilai Riba bagi muslim karena kita menerima manfaat dari uang yang kita pinjamkan ke Bank.

Obligasi

Obligasi bisa diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan. Kalau yang diterbitkan oleh pemerintah dikenal dengan SBN (Surat Berharga Negara). Konsepnya mirip dengan Deposito. Pemerintah atau perusahaan yang membutuhkan suntikan modal menerbitkan surat hutang kepada masyarakat untuk patungan memberikan pinjaman kepada pemerintah atau perusahaan. Hutang tersebut akan dibayar saat jatuh tempo dengan keuntungan berupa Kupon kisaran 5-10% per tahun yang dicicil per bulan atau per 6 bulan. Kupon Obligasi ini ada yang nilainya tetap (Fixed Coupon), ada juga yang berubah-ubah tergantung Suku Bunga (Floating Coupon). Uang yang diinvestasikan ga bisa dicairkan sebelum jatuh tempo tergantung aturan dari Surat Berharga yang dibeli. Namun, ada Obligasi yang bisa dicairkan lebih awal sebelum jatuh tempo pada tanggal tertentu seperti SBR (Savings Bond Ritel), dan ada juga Obligasi yang memang bisa dijual-belikan layaknya Saham seperti ORI (Obligasi Ritel Indonesia) di Pasar Sekunder. Misalkan kita beli Obligasi senilai Rp10.000.000 dengan Kupon 5% per tahun dan jatuh temponya 3 tahun. Berarti keuntungan yang kita hasilkan per tahun adalah 10.000.000 * 5% = Rp500.000. Uang Rp500.000 itu akan dicicil tiap bulannya senilai 500.000 / 12 = Rp41.666,66. Jadi kita akan menerima Rp41.666,66 setiap bulan hingga 3 tahun kayak gajian bulanan. Jadi selama 3 tahun total keuntungan kita adalah 500.000 * 3 = Rp1.500.000. Saat jatuh tempo uang Rp10.000.000 akan dikembalikan. Selain itu, ada juga Obligasi yang pembayarannya tiap 6 Bulan seperti Obligasi FR (Fixed Rate) untuk pilihan Obligasi jangka panjang. Kuponnya biasanya lebih gede daripada Obligasi biasa.

Keuntungan Obligasi

Keuntungan yang dihasilkan per tahun lebih tinggi dibanding Deposito. Keuntungannya dapat dinikmati lebih cepat karena pembayaran keuntungannya dicicil tiap bulan (SBR & ORI) atau 6 bulan (FR). Obligasi SBR memiliki opsi pencairan lebih cepat tanpa menunggu jatuh tempo. Obligasi ORI kepemilikannya dapat diperjual-belikan seperti Saham. Obligasi yang diterbitkan pemerintah biasanya lebih aman karena dijamin negara dan selama ini pemerintah belum pernah punya track record gagal bayar sekalipun saat resesi. Kupon yang didapat bisa diputerin lagi untuk diinvestasikan kembali. Inilah yang disebut Compound Interest.

Resiko Obligasi

Kita ga bisa mencairkan lebih awal kecuali Obligasi tersebut memiliki opsi pencairan lebih awal, itu pun hanya bisa dicairkan sesuai jadwal yang telah ditentukan. Ini juga dinilai Riba dalam Islam karena mengambil manfaat dari hutang. Selain itu, pada Obligasi yang diterbitkan perusahaan ada risiko gagal bayar jika perusahaan tersebut bangkrut😰.

Sukuk

Selain Obligasi, pemerintah atau perusahaan juga bisa menerbitkan Sukuk untuk mendapatkan suntikan modal. Karena Obligasi itu berlandaskan hutang, maka opsi lainnya adalah Sukuk yang berlandaskan Sewa atau Kerja Sama. Sukuk adalah Surat Berharga terhadap kepemilikan suatu aset atau projek yang diterbitkan oleh pemerintah atau perusahaan. Misalkan pemerintah sedang membangun jalan tol. Pemerintah dapat menerbitkan Sukuk untuk mendapatkan dana tambahan dari masyarakat. Cara kerjanya, masyarakat akan patungan melalui Sukuk untuk membeli lahan. Pembelian tersebut diatur dalam kontrak, misalnya 5 tahun. Jadi nanti setelah 5 tahun masyarakat akan menjual kembali kepemilikan aset tersebut. Selama 5 tahun tersebut, pemerintah akan menyewa aset yang dibeli masyarakat dan uang sewanya akan dibayarkan tiap bulan jika menggunakan akad Sewa. Jika Sukuk tersebut menggunakan akad Kerja Sama, maka sebagian keuntungan dari projek tersebut akan dibagi kepada masyarakat selama 5 tahun layaknya dividen pada Saham. Sebagai contoh, misalnya kita ikut patungan beli Sukuk dengan akad Sewa senilai Rp10.000.000 dengan nilai Sewa 5% per tahun dan jatuh tempo penjualan asetnya 5 tahun. Berarti uang Sewa yang kita terima per tahun adalah 10.000.000 * 5% = Rp500.000. Uang Rp500.000 itu akan dicicil tiap bulannya senilai 500.000 / 12 = Rp41.666,66. Jadi kita akan menerima uang sewa Rp41.666,66 setiap bulan hingga 5 tahun kayak gajian bulanan. Jadi selama 5 tahun total keuntungan kita adalah 500.000 * 5 = Rp2.500.000. Saat jatuh tempo aset tersebut otomatis akan terjual sesuai kontrak dan kita mendapatkan kembali modal awal Rp10.000.000. Sama seperti Obligasi, Sukuk juga ada jenis yang asetnya dapat dijual lebih awal, yaitu ST (Sukuk Tabungan) dan ada juga yang dapat diperjual-belikan di Pasar Sekunder layaknya Saham, yaitu SR (Sukuk Ritel) di Pasar Sekunder. Sukuk juga ada versi jangka panjangnya yang dikenal dengan PBS (Project Based Sukuk) yang keuntungannya dibayarkan tiap 6 bulan dengan persentase keuntungan yang lebih gede.

Keuntungan Sukuk

Yang paling membedakan ini dengan Obligasi adalah Sukuk menggunakan akad Sewa atau Kerja Sama, bukan Hutang. Dalam Islam, mengambil laba dari Hutang itu Haram. Sedangkan mengambil laba dari Sewa, Jual-Beli, atau Kerja Sama itu Halal😇. Sehingga bagi muslim yang takut berinvestasi di Obligasi atau Deposito karena riba mending investasi Sukuk saja. Keuntungan per tahunnya juga biasanya lebih tinggi dari Deposito dan dapat dinikmati tiap bulan (SR & ST) atau tiap 6 bulan (PBS). Sukuk ST ada opsi penjualan lebih awal tanpa harus tunggu jatuh tempo untuk penjualan. Sukuk SR kepemilikannya dapat diperjual-belikan seperti Saham. Sukuk yang diterbitkan oleh pemerintah juga dijamin oleh negara dan belum pernah terjadi gagal bayar. Kupon yang diterima juga bisa diputerin lagi untuk investasi lain sehingga keuntungannya bisa berkali lipat dan mendapat pendapatan pasif tiap bulan.

Resiko Sukuk

Kurang lebih sama seperti Obligasi. Kita ga bisa menjual lebih awal kecuali memang ada opsi penjualan pada Sukuk tersebut pada jadwal tertentu. Sukuk yang diterbitkan perusahaan juga ada risiko gagal bayar jika perusahaan tersebut bangkrut😰.

Saham

Saham adalah bukti kepemilikan terhadap sebagian nilai perusahaan. Misalnya kita membeli Saham sebuah Toko Sepatu. Itu artinya kita memiliki sebagian kecil kepemilikan dari toko tersebut dan mendapatkan hak yang sama seperti owner toko tersebut sesuai persentase modal yang disetor. Jika toko tersebut bekerja dengan baik, maka nilai Saham kita pada toko tersebut juga ikutan naik. Apalagi jika semakin banyak orang lain yang tertarik ingin memiliki Saham toko tersebut, makin naik lagi valuasi toko tersebut. Sebaliknya, jika kinerja toko tersebut jelek, maka nilai Saham kita pada tersebut juga ikutan buruk. Jika toko tersebut memutuskan untuk membagikan laba pada ownernya, maka kita juga berhak dapat sebagian laba karena pemilik saham adalah bagian dari owner. Porsinya tentu disesuaikan dengan persentase modal yang disetor. Itulah yang disebut dengan Dividen. Selain berdasarkan kinerja fundamental perusahaan, kita juga bisa untung jika peminat Saham perusahaan tersebut tinggi sehingga nilai jual Sahamnya naik. Kita juga dapat berkontribusi dengan memberikan masukan pada toko tersebut karena kita juga bagian dari owner toko tersebut. Dalam Saham ini dilakukan saat RUPS (Rapat Umum Pemegang Saham). Konsep ini tidak sama dengan Hutang, karena jika tokonya rugi kita juga ikutan menanggung kerugiannya. Kalau status kita hanya sebagai pemberi hutang, tentu kita ga bisa ngasih masukan ataupun mendapatkan sebagian laba karena bukan siapa-siapa. Hak dari pemberi hutang hanyalah mendapatkan kembali uang yang dipinjamkan, ga peduli kinerja tokonya bagus atau jelek. Dalam Islam, mendapatkan keuntungan dari akad kerjasama itu halal. Jadi bagi yang muslim ga perlu takut riba. Tapi tergantung Sahamnya juga. Investasi di Saham juga dilarang jika investasinya di perusahaan yang bergerak di bidang yang dilarang oleh Islam seperti perusahaan yang bisnisnya berbentuk judi, perusahaan yang bisnisnya berupa transaksi riba, menjual makanan atau minuman non-halal, atau perusahaan sejenis yang dilarang oleh agama. Biar aman bagi yang muslim liat Saham yang terdaftar pada index ISSI (Indeks Saham Syariah Indonesia) saja. Index tersebut berisi daftar Saham yang telah diaudit sesuai hukum Islam. Pembelian minimalnya adalah 1 lot, yaitu 100 lembar Saham, dan berlaku kelipatannya. Misalkanya harga 1 lembarnya adalah Rp500, maka minimum pembeliannya adalah 500 * 100 = Rp50.000 tiap lot.

Keuntungan Saham

Jika kinerja perusahaannya bagus, valuasi dari Saham perusahaan juga akan ikutan naik. Kita bisa mendapatkan keuntungan yang besar saat menjualnya dengan harga yang lebih tinggi. Makanya investasi di Saham jadi salah satu yang paling menarik karena bisa mendapatkan keuntungan yang maksimal. Keuntungan dari penjualan Saham dapat dinikmati dalam 2 hari, lebih cepat dibanding Deposito, Sukuk, dan Obligasi. Selain dari penjualan kepemilikan, kita juga bisa menikmati keuntungan dari laba perusahaan yang dibagikan lewat Dividen. Laba tersebut bisa diputerin lagi untuk investasi lagi dan menghasilkan Compound Interest. Kita bebas memilih dan mengelola Saham yang kita miliki sendiri tanpa campur tangan orang lain. Kita juga bisa menyatakan pendapat saat RUPS karena bagian dari pemilik perusahaan.

Resiko Saham

Kalau kinerjanya jelek, maka resiko kerugian dari nilai Saham yang kita miliki juga bisa drastis. Kita harus riset dan analisa sendiri. Makanya ini dinilai kurang cocok untuk pemula yang baru mengenal investasi. Proses penjualannya juga ga instan, butuh 2 hari kerja untuk penyelesaian transaksi. Transaksi hanya bisa dilakukan pada hari kerja kecuali hari libur dan hanya pada jam tertentu. Saham yang telah dijual uangnya ga bisa langsung dicairkan, melainkan ada perantara proses administrasi beberapa pihak seperti perusahaan sekuritas, bursa efek, hingga KSEI (Kustodian Sentral Efek Indonesia). Tapi tenang aja, sekuritas jaman sekarang memiliki fitur “Buying Power”. Yaitu fitur dari sekuritas yang membuat kita dapat bertransaksi kembali sesuai jumlah penjualan selama proses penjualan sebelumnya masih berjalan. Jadi kita ga perlu nunggu 2 hari untuk bertransaksi lagi. Setelah 2 hari, sekuritas akan otomatis memotong saldo rekening kita sesuai transaksi yang dilakukan selama proses penjualan sebelumnya jika ada. Pergerakan harganya dikontrol lewat aturan ARA (Auto Reject Atas) & ARB (Auto Reject Bawah). Selain itu, saat membeli ataupun penjualan, kita dibebani biaya broker, pajak, dan biaya-biaya lainnya. Biayanya berbeda-beda tergantung aplikasi sekuritas yang digunakan.

Reksa Dana

Reksa Dana adalah tempat pengumpulan uang investasi masyarakat yang dikelola oleh Manajer Investasi. Jadi, kita ga perlu memilih ataupun mengelola investasi, semuanya dikelola oleh Manajer Investasi dari sekuritas yang digunakan. Reksa Dana biasanya terdiri dari Reksa Dana Pasar Uang yang mengelola dana investasi jangka pendek seperti Deposito, Reksa Dana Pendapatan Tetap yang mengelola dana investasi jangka menengah seperti Obligasi dan Sukuk, Reksa Dana Saham yang mengelola dana investasi jangka panjang seperti Saham, Reksa Dana Campuran yang mengelola dana investasi campuran dari Deposito, Obligasi, Sukuk, serta Saham, dan Reksa Dana Mata Uang Asing yang mengelola dana investasi dalam bentuk mata uang asing. Reksa Dana juga ada pilihan Syariahnya untuk investor muslim. Produknya hanya berasal dari instrumen halal, seperti Saham dalam indeks ISSI, Sukuk, Deposito Bank Syariah, dan sejenisnya.

Keuntungan Reksa Dana

Kita hanya perlu setor dana investasi dan terima hasilnya saja. Uang kita akan dikelola oleh Manajer Investasi yang profesional dan sudah teruji sehingga resikonya lebih aman ketimbang Saham dan cocok untuk pemula. Investasi Reksa Dana ada yang dimulai dari Rp10.000, jadi ga perlu modal gede untuk memulai. Beberapa Reksa Dana menawarkan pencairan instan sehingga keuntungan dapat dinikmati hari itu juga. Berbeda dengan instrumen lainnya, Reksa Dana bukanlah objek pajak sehingga kita ga perlu bayar pajak Reksa Dana, kita hanya perlu melaporkan kepemilikan Reksa Dana saat lapor SPT.

Resiko Reksa Dana

Reksa Dana tetap memiliki resiko kerugian meskipun dikelola oleh Manajer Investasi profesional. 100% dana dikelola oleh Manajer Investasi, sehingga kita ga bisa ikut campur menentukan instrumen yang ingin diinvestasikan. Meskipun ga ada pajaknya, kita tetap mengeluarkan biaya untuk membayar Manajer Investasi yang mengelola uang kita, nilainya variatif tergantung Reksa Dana yang dimiliki. Meskipun beberapa Reksa Dana menawarkan pencairan instan, by default Reksa Dana memerlukan waktu pencairan maksimal 7 hari kerja sesuai regulasi pemerintah. Tapi sepengalaman gw 2-3 hari biasanya udah cair sih.

Mata Uang Asing

Mata Uang Asing juga bisa dijadikan investasi, terutama Mata Uang dari negara yang kondisi ekonominya bagus. Contohnya yang paling sering digunakan adalah USD (US Dollar), EUR (Euro), GBP (UK Poundsterling), SGD (Singaporean Dollar), KWD (Kuwait Dinar), dan Mata Uang negara-negara maju lainnya.

Keuntungan Mata Uang Asing

Investasinya cukup gampang, tinggal tuker aja kayak emas. Pencairannya juga gampang, tinggal ditukerin aja Mata Uangnya. Ga ada batas waktu pencairan sama sekali. Karena ini adalah Mata Uang resmi, ini juga bisa digunakan untuk transaksi jual-beli yang sah.

Resiko Mata Uang Asing

Tingkat turunnya bisa ekstrem jika terjadi sesuatu yang buruk pada negara Mata Uang tersebut. Tingkat naiknya juga akan tinggi jika nilai Rupiah anjlok. Ga untung-untung banget karena harga kebutuhan pokok juga akan meningkat jika itu terjadi.

Peer to Peer (P2P) Lending

P2P Lending konsepnya sesederhana memberi pinjaman kepada orang lain lewat sebuah plaform dan mendapatkan bunga atas pemberian pinjaman tersebut. Inilah yang sering kita dengar dengan sebutan Pinjol (Pinjaman Online). Ini juga beberapa tahun belakangan lagi rame dibicarakan.

Keuntungan P2P Lending

Dari segi bunga secara umum lebih gede dibanding Deposito. Makanya banyak juga yang berinvestasi di sini untuk mendapatakan tambahan pendapatan.

Resiko P2P Lending

Ada resiko gagal bayar bagi peminjam. Jaman sekarang banyak juga platform P2P Lending yang illegal dan tak terdaftar OJK sehingga bisa merugikan. Kita juga harus waspada sama fenomena ini. Karena konsepnya adalah mendapatkan keuntungan dari pinjaman, maka ini juga termasuk Riba.

Investasi Seni

Ini adalah investasi dalam bentuk karya yang dikoleksi. Misalnya lukisan, barang antik, barang langka, barang unik, atau koleksi seni sejenisnya. Contoh yang paling sering kita lihat adalah lukisan karya pelukis terkenal, jersey bola pemain legenda, uang kuno, foto-foto unik, atau mobil yang dijual limited edition yang diburu oleh para kolektornya. Investasi ini biasanya dilakukan oleh kalangan atas. Value dari Investasi Seni seringkali berdasarkan jumlah permintaan dan penawaran semata.

Keuntungan Investasi Seni

Ada potensi untung yang sangat tinggi jika peminat dari barang yang kita punya sangat banyak. Bagi para kolektornya, mengoleksi barang seperti ini adalah hobby yang ga bisa diukur uang.

Resiko Investasi Seni

Ga ada harga pasti. Semuanya dinilai subjektif dan kesepakatan antara penjual & pembeli semata. Ga ada aturan mengikat soal harga. Barang tersebut juga ga selamanya diminati banyak orang. Misalkan trend-nya udah turun, harganya pasti anjlok.

Crypto

Crypto adalah Mata Uang Digital menggunakan Cryptography yang dioperasikan menggunakan Blockchain. Contoh produknya adalah BTC (Bitcoin), ETH (Ethereum), LTC (Litecoin), dan berbagai macam lainnya. Analogi sederhananya, kita beli Token untuk mendapatkan item di game dan item tersebut bisa dijual lagi ke orang lain yang menginginkannya menggunakan Token yang sama. Kita bisa mencairkan Token itu kembali. Token itulah yang dijadikan Mata Uang untuk transaksi seperti Crypto. Bedanya, Crypto menggunakan teknologi Blockchain di mana setiap transaksi divalidasi menggunakan public & private key dan jika validasi berhasil maka akan terbentuk sebuah “block” baru pada Blockchain yang berisi histori transaksi sebelumnya. Tujuan awal Crypto memang untuk transaksi jual beli barang digital sebelum dimanfaatkan sebagai investasi seperti sekarang. Berbeda dengan Mata Uang asli, Crypto ga dikontrol oleh pemerintah maupun perusahaan, melainkan dioperasikan melalui jaringan komputer. Naik turun nilai tukar Crypto ditentukan oleh jumlah permintaan dan penawaran yang dikomputasi oleh komputer.

Keuntungan Crypto

Saat ini lagi rame sehingga potensi pertumbuhan nilainya sangat tinggi karena peminatnya tinggi. Transaksi Crypto ini dinilai aman karena menggunakan konsep Cryptography dan transparan karena setiap transaksinya tercatat dalam Blockchain. Beberapa merchant online mulai menerima Crypto sebagai alat tukar transaksi sehingga ga perlu transfer antar bank antar negara. Karena ga diregulasi, transaksi Crypto bebas 24 jam tanpa hari libur dan ga ada batasan pergerakan seperti ARA & ARB pada Saham, ini yang membuat Crypto menarik bagi investor yang agresif. Pencairannya juga lebih cepat, ga perlu proses administrasi seperti Saham yang membutuhkan proses pencairan 2 hari kerja.

Resiko Crypto

Naik turun harganya ditentukan oleh faktor penawaran dan permintaan. Kalau permintaan naik tinggi harga juga ikut melambung tinggi, jika permintaan anjlok harga juga ikutan anjlok. Bahkan bisa hangus jika seandainya ga ada lagi peminatnya karena ga ada regulasinya. Pergerakan turunnya bisa curam karena ga ada batasan ARB. Investasi di Crypto lebih spekulatif. Istilahnya “Greater Fools Theory”, kita membeli dengan harapan ada orang lain yang mau membeli dengan harga yang lebih tinggi. Dalam Islam sendiri ini masih pro/kontra. Untuk transaksi jual beli barang digital sebagian pendapat bilang halal karena konsepnya sama seperti beli kuota pakai pulsa atau beli item di game pakai token. Sedangkan untuk tujuan investasi sebagian pendapat bilang Gharar karena ga ada fundamental, aset berwujud, dan regulasi dari pemerintah. Tapi beberapa ulama berpendapat bahwa Crypto bisa halal jika suatu saat ada fundamental, aset berwujud, dan regulasi dari pemerintah.

Wiraswasta

Kalau di saham kita hanya membeli kepemilikan dengan menambah modal ke bisnis orang lain. Yang menjalankan adalah orang lain. Kalau berwiraswasta kita sendiri yang aktif melakukan bisnis. Kita sendiri yang bertanggung jawab penuh atas operasional bisnis. Misalnya berkebun, bikin peternakan, jualan makanan, dan lain-lain.

Keuntungan Wiraswasta

100% keputusan diambil sendiri dan kita punya kendali penuh bagaimana bisnis akan dijalankan. Keuntungan pun lebih besar karena kita sendiri adalah pemilik utama. Bisnisnya bisa disesuaikan berdasarkan minat & bakat serta visi & misi pribadi.

Resiko Wiraswasta

Modalnya lebih tinggi tergantung bisnis yang dijalankan. Ada resiko bangkrut jika gagal menjalankannya dengan baik. Butuh effort yang besar dan waktu yang ga singkat, apalagi jika memulai dari nol. Butuh dedikasi penuh dan komitmen yang besar saat menjalankannya.

Verdict

Masing-masing instrumen ada keuntungan dan resikonya. Semakin tinggi keuntungan tentu semakin tinggi juga resikonya. Disesuaikan aja sesuai preferensi masing-masing. Jika masih pemula atau modalnya dikit lebih baik mulai dengan instrumen yang resikonya rendah. Kecuali emang tipe investor agresif yang berani mengambil resiko besar. Gw pribadi hingga saat tulisan ini di-publish hanya berinvestasi pada Reksa Dana untuk jangka pendek, Saham untuk jangka panjang, dan Sukuk untuk jangka menengah. Ketiga itu yang menurut gw cocok untuk preferensi gw karena effortnya ga gede, resikonya juga ga terlalu gede, tapi keuntungannya ga kecil. Gw bukan tipe trader yang mantau grafik tiap saat. Gw lebih ke tipe investor pasif yang santai. Harta yang gw punya masih berasal dari pekerjaan gw sekarang, bukan dari investasi. Gw berinvestasi hanya untuk menjaga kestabilan value harta gw dari inflasi dan mendapat keuntungan tambahan. Harta yang gw alokasikan untuk investasi hanya uang dingin di luar kebutuhan pokok dan dana darurat.

© 2024 · Ferry Suhandri