
Semen Padang FC memastikan diri bertahan di Liga 1 musim depan setelah mengalahkan Arema FC dengan skor 2-0. Dengan hasil ini maka 3 tim yang terdegradasi ke Liga 2 musim depan adalah PSS Sleman, Barito Putera, dan PSIS Semarang. Sebuah pengalaman yang dramatis bagi fans Semen Padang. Sepanjang musim berkutat di zona degradasi, namun akhirnya bisa finish di peringkat 13 klasemen akhir Liga 1 2024/2025🥳. Selamat buat Semen Padang FC! Ini adalah salah satu musim yang paling menegangkan bagi gw selain degradasi di 2017 lalu, di mana saat itu penentuan degradasi juga terjadi di laga terakhir seperti sekarang. Bedanya kali ini selamat dari degradasi😁. Di sini gw akan merangkum pandangan gw terhadap Semen Padang FC di musim ini berdasarkan opini pribadi.
Promosi ke Liga 1 2024/2025
Semen Padang mengawali musim sebagai tim promosi bersama PSBS Biak dan Malut United. Ini adalah kali ketiga Semen Padang promosi ke kasta teratas Liga Indonesia. Pertama saat ISL 2010/2011 sebagai juara ketiga Divisi Utama. Lalu saat Liga 1 2019 sebagai runner up Liga 2. Kali ini Semen Padang FC kembali promosi ke Liga 1 2024/2025 sebagai runner up Liga 2 setelah kalah di final melawan PSBS dengan agregat 0-6😢. Sebuah hasil yang anti-klimaks, di mana di babak penyisihan Semen Padang jarang kalah, apalagi dengan skor telak. Suporter menyalakan flare dan membuat laga diselesaikan lebih cepat. Meskipun gw paham isi hati suporter dan merasakan kekecawaan yang sama, tapi menurut gw agak berlebihan melakukan itu di saat target awal tim adalah lolos Liga 1, bukan juara. PSSI pun menghukum Semen Padang FC dengan pertandingan tanpa penonton di luar Sumatera untuk beberapa laga awal Liga 1. Di saat yang bersamaan, Stadion H. Agus Salim di Padang emang belum lolos verifikasi Liga 1 dan harus direnovasi. Ini cukup memengaruhi klub, seperti biaya operasional yang lebih tinggi, kehilangan pemasukan dan dukungan penonton untuk pertandingan kandang, ditambah hukuman denda dampak kejadian di final Liga 2.
Modal Rp70Miliar
Sebelum liga dimulai, pihak manajemen sesumbar bahwa Semen Padang memiliki modal senilai Rp70M untuk Liga 1. Sebuah nilai yang terdengar fantastis. Masalahnya, jika itu dibandingkan dengan tim lain, itu ga ada apa-apanya. Tim lain modalnya ratusan Miliar! Untuk Liga 2 mungkin emang gede angka segitu. Tapi gap antara Liga 1 dan Liga 2 itu jauh banget. Di Liga 2 dengan budget segitu udah mewah dipenuhi bintang Liga 2. Sedangkan untuk Liga 1 dengan uang segitu hanya untuk kontrak skuad ala kadarnya😢. Semen Padang FC mengawali kompetisi sebagai klub dengan market value paling rendah dibanding klub Liga 1 lainnya. Sebagian dana itu juga digunakan untuk renovasi Stadion H. Agus Salim yang saat itu masih belum lolos verifikasi Liga 1. Di saat yang sama, Stadion Utama Sumatera Barat pembangunannya mangkrak. Semen Padang jadi tim musafir hingga stadion H. Agus Salim dinyatakan lolos verifikasi saat itu. Sementara biaya besar juga dibutuhkan untuk sewa stadion di pulau Jawa sambil menunggu hasil renovasi Stadion H. Agus Salim lolos verifikasi.
Pemilihan Pelatih
Pelatih sebelumnya, Delfi Adri, ga bisa lanjut melatih di Liga 1 karena terkendala lisensi. Pelatih kepala Liga 1 wajib Lisensi A Pro, sementara Delfi Adri masih Lisensi A. Selain kehilangan pelatih musim lalu, Semen Padang FC juga kehilangan Direktur Teknik, Suhatman Imam, yang resign setelah Semen Padang FC memastikan diri lolos Liga 1 sebelumnya. Hal ini membuat manajemen bergerak mencari pelatih baru. Keputusan kontroversialnya adalah menunjuk Hendri Susilo sebagai pelatih kepala. Tanpa bermaksud merendahkan beliau, tapi jika dibandingkan dengan pelatih-pelatih Liga 1 lainnya memang ga sebanding. Dilihat dari track record melatihnya di Liga 1 bersama Persiraja yang hanya mendapat 2x kemenangan selama satu musim, itu pencapaian yang sangat buruk. Untuk melatih tim Liga 2 yang ga sekompetitif Liga 1 mungkin masih cocok. Selain penunjukan pelatih, penunjukan asisten pelatihnya juga patut dipertanyakan. Siapa yang menunjuk asisten pelatih ini? Apakah ditunjuk oleh manajemen atau emang pilihan pelatih kepala? Ini juga berpengaruh terhadap kinerja pelatih kepala jika asistennya ga cocok dengan system yang dibangun pelatih kepala. Di klub profesional lainnya asisten-asisten ini dipilih oleh pelatih kepala, bukan disediakan klub. Manajemen dengan keras kepalanya menegaskan untuk mendukung pelatih lokal. Gw sendiri ga mempermasalahkan penggunaan pelatih lokal. Hanya saja, kalau dibandingkan dengan pelatih klub lainnya track recordnya terlalu jomplang😡.
Pemilihan Pemain Lokal
Selain pemilihan pelatih, keputusan blunder lainnya adalah pemilihan pemain. Manajemen cenderung terlambat memulai dalam berburu pemain di saat tim lain sudah berlomba mengontrak pemain-pemain incarannya. Sebelum resign, mantan Direktur Teknik Suhatman Imam merekomendasikan hanya 30% pemain Semen Padang yang layak dipertahankan karena memang secara kualitas Liga 2 itu jauh banget gap-nya dengan Liga 1. Persiraja pernah mengandalkan mayoritas pemain dari Liga 2 untuk Liga 1 dan hasilnya degradasi lagi, jangan sampai ini terulang pada Semen Padang FC. Masalahnya, setelah melepas pemain yang dinilai ga layak di Liga 1, yang direkrut adalah pemain eks Liga 2 lagi😱. Kalaupun ada pemain eks Liga 1, itu pun bukan pemain andalan di klub sebelumnya. Sisanya diisi pemain dari akademi yang belum cukup matang. Secara kualitas mereka memang belum bisa bersaing. Hal ini udah dikhawatirkan oleh fans sejak awal. Manajemen tetap bersikeras ini adalah pemain terbaik versi mereka. Tapi harus diakui juga, ada pemain eks Liga 2 yang benar-benar berkontribusi seperti Ridwan, dan pemain dari akademi yang cukup potensial seperti Gala Pagamo.
Pemilihan Pemain Asing
Blunder selanjutnya adalah pemilihan pemain asing yang asal-asalan. Gw ga tau siapa yang merekomendasikan pemain-pemain ini, apakah pelatih, manajemen, agen, atau “tukang foto” seperti rumor yang beredar. Gw juga ga tau apa pertimbangan yang dipikirkan saat mengontrak pemain-pemain ini, apakah harga, kualitas, atau faktor eksternal lainnya. Yang jelas mayoritas di antara mereka emang ga cocok main di sini. Semua pemain asing selain eks musim sebelumnya adalah pemain asing baru yang belum pernah merumput di Indonesia, bahkan Asia Tenggara. Ini mengabaikan faktor “adaptasi”. Parahnya, semuanya berasal dari negara dan liga yang berbeda. Tentu ini semakin mempersulit adanya chemistry antar pemain. Memang ada beberapa pemain yang gampang beradaptasi, tapi yang namanya manusia tentu kepribadiannya berbeda-beda. Gw ga tau siapa orang yang harus bertanggung jawab atas ini, yang jelas pelatih dan manajemen semuanya bersalah atas blunder ini🤬.
Paruh Musim Amburadul
Modal yang ga sebesar dana klub Liga 1 lainnya, pelatih yang track recordnya kureng, perekrutan pemain yang asal-asalan, semuanya saling melengkapi faktor penyebab start buruk Semen Padang FC di awal musim. Baik kandang maupun tandang susah menang. Permainan yang acakadul karena chemistry antar pemain yang sangat kurang semakin memantapkan posisi Semen Padang FC di zona degradasi. Apa yang selama ini dikhawatirkan oleh fans kejadian. Hendri Susilo pun digantikan oleh Eduardo Almeida yang sebelumnya juga pernah mencoba menyelamatkan Semen Padang FC dari zona degradasi di musim 2018. Walaupun di 2018 itu gagal, tapi berkat peningkatan performa waktu itu dan pengalamannya membawa Arema FC juara Piala Presiden menjadi salah satu pertimbangan manajemen. Penunjukan ini juga menuai pro-kontra di kalangan fans. Bagi gw pribadi ga masalah, karena degradasinya Semen Padang FC di 2018 dampak dari keterlambatan manajemen melakukan perubahan, ga sepenuhnya salah Almeida. Kali ini dia datang membawa asisten pelatih pilihannya yang sebelumnya pernah bekerja sama dengan dia seperti Luís Bragança dan FX Yanuar. Mewarisi pemain dari pelatih sebelumnya membuat Almeida ga bisa berbuat banyak hingga paruh musim. Tapi harus diakui, ada peningkatan secara permainan walaupun masih belum bisa mengangkat peringkat tim keluar dari zona degradasi.
Konflik Internal
Masalah makin meruncing di kala ada isu 3 pemain yang gajinya ditahan dengan alasan indisipliner. Kabarnya pemain tersebut ada yang malas-malasan ikut latihan, konflik dengan Almeida, hingga ada yang diam-diam ikut seleksi bersama Persiraja di saat kontrak masih berjalan. Terkait ini gw kurang tahu kesepakatannya gimana, apakah emang ada code of conduct di klub terkait indisipliner yang bisa membuat gajinya dipotong, ditahan, atau tidak. Gw jadi ingat salah satu pemain Semen Padang FC musim 2017 yang dibajak PS TNI di paruh musim dengan alasan “perintah atasan”. Sesekali pemain kayak gini emang perlu dikasih pelajaran😡.
Lalu muncul kembali konflik dengan mantan pemain Semen Padang FC yang diputus kontraknya imbas Liga 2 yang dihentikan pasca tragedi Kanjuruhan. Yang gw tahu, saat itu kondisinya Force Majeure, sehingga secara regulasi klub boleh memutus kontrak dengan kompensasi 25% dari gaji. Untuk kompensasi gaji ini udah clear masalahnya. Yang jadi permasalahan di sini adalah terkait bonus di luar gaji. Terdapat perbedaan pandangan antara klub dengan pemain bersangkutan terkait kompensasi bonus. Jujur aja, gw ga tahu detail isi kontraknya, lebih baik kasus ini diselesaikan di pengadilan aja biar lebih adil.
Terakhir juga ada konflik dengan mantan pemain musim ini yang dipecat di paruh musim. Infonya, pesangon mereka awalnya akan dibayar di akhir Januari 2025, tapi kemudian manajemen memutuskan pembayarannya di Juni 2025. Hal tersebut digoreng di beberapa media nasional dan sosial media, hingga dituduh menunggak gaji pemain yang ditepis sama manajemen. Sejauh yang gw cari tahu, memang ga ada info terkait penunggakan gaji seperti rumor yang beredar.
Perbaikan Setelah Paruh Musim
Di bursa transfer putaran keuda, Almeida melakukan perombakan pemain. Beberapa pemain dipecat dan ada yang dipinjamkan ke tim lain. Hal terbaik yang dilakukan Almeida adalah membawa 5 pemain asing alumni Liga 2 Portugal. Dari sini kelihatan bahwa Almeida dengan koneksi dan pengalamannya lebih baik dibanding Hendri Susilo. Dia membawa 5 pemain asing yang secara karakter telah dikenalnya. Semuanya alumni dari liga yang sama, Arthur Augusto dari UD Oliveirense, Marco Baixinho dari UD Leiria, Alhassan Wakaso yang pernah bermain bersama Leixões SC dan malang-melintang dengan beberapa klub Portugal, Filipe Chaby dari Belenenses dan merupakan produk akademi Sporting Lisbon, serta Bruno Gomes yang pernah main di CD Nacional dan beberapa klub Portugal. Sebenarnya ada satu pemain lagi yang direkrut, tapi gagal karena terlambat didaftarkan menjelang bursa transfer ditutup. Sementara Bruno Dybal, Charlie Scott, Michibuchi, Kenneth Ngwoke, dan Jan Vargas dilepas. Hanya menyisakan Tin Martic, Stewart, dan Kim Min-kyu sebagai pemain asing yang dipertahankan. Ditambah 5 pemain asing baru tadi, permainan Semen Padang FC meningkat tajam dibandingkan putaran pertama. Kehadiran Irkham Mila yang didatangkan dari PSS Sleman juga memberi warna baru di Semen Padang. Terbukti di pertandingan pertama Borneo FC dikalahkan di kandangnya dengan skor 3-1.
Chemistry pemain asing yang baru langsung nyetel dengan tim. Bisa dibilang naiknya performa Semen Padang karena digendong pemain asing. Makanya, saat ada yang cedera, akumulasi, atau kena hukuman Komdis, Semen Padang FC langsung pincang. Baixinho mengalami cedera parah dan divonis ga bisa tampil hingga akhir musim😢. Wakaso dihukum Komdis beberapa pertandingan karena protes ke wasit😱. Hingga Martic dan Chaby yang sempat mengalami akumulasi kartu. Kemudian beberapa kali pemain Semen Padang FC dapat kartu merah. Semakin menghambat tren positif Semen Padang FC di awal putaran kedua. Harapan yang sempat ada itu kembali memudar😤. Semen Padang FC yang sempat keluar dari zona degradasi kembali terperosok ke zona degradasi. Benar-benar ketergantungan berat sama pemain asing ini. Saat beberapa pemain asing kembali bermain bersama, terutama Wakaso yang jadi andalan di lini tengah sudah bebas dari hukuman, perlahan tren positif kembali hadir. Semen Padang FC berhasil mencuri beberapa poin dan menang di kandang lawan hingga tak terkalahkan di 6 pertandingan terakhir🥳.
Drama Menjelang Akhir Kompetisi
Terdapat beberapa drama di 6 laga terakhir. Seperti 2 gol Semen Padang FC yang dianulir saat menghadapi PSIS Semarang. Menurut gw itu keputusannya udah bener dan ga perlu diributkan. Di laga itu PSIS menyamakan kedudukan di menit 90. Pada akhirnya Semen Padang FC berhasil menyegel kemenangan lewat gol dramatis Tin Martic di menit 90+6. Kemudian saat lawan Persija diwarnai isu “main mata”. Menurut gw ga ada yang janggal di pertandingan itu. Gol offside pemain Persija emang terbukti offside. Saat itu Wakaso baru saja bebas dari hukuman Komdis. Dia yang menjadi salah satu pemain kunci di lini tengah yang hilang selama dihukum Komdis. Dia yang berperan penting menahan gempuran Persija di lini tengah dan mendistribusikan bola. Ditambah Bruno Gomes dan Firman yang juga on fire. Drama berlanjut di laga melawan Madura United. Gol cepat Tin Martic dianulir karena dianggap melakukan tindakan berbahaya saat mencoba salto. Ini bisa diperdebatkan sih, tapi keputusan seperti ini tergantung subjektivitas wasit menentukan apakah ini dinilai berbahaya atau tidak. Untungnya Semen Padang kembali menang setelah Ridwan menjadi super sub lewat golnya di akhir laga.
Drama lagi-lagi terjadi di laga melawan Persebaya. Semen Padang harus puas berbagi poin setelah sebelumnya berhasil unggul lebih dulu di babak pertama. Hadirnya Wakaso dan Tin Martic benar-benar jadi andalan di lini tengah dan belakang. Ditambah aksi cemerlang Arthur di bawah mistar. Persebaya sempat berbalik unggul lewat Tumbas, tapi dianulir karena offside. Isu mafia kali ini mengarah ke Semen Padang. Padahal kalau dilihat dari tayangan ulangnya beserta garis yang digambar emang offside. Kayaknya Indosiar perlu mengulang-ulang tayangan ulang dan garis offside lebih lama biar netizen pada paham kalau itu offside🤦. Ini sering terjadi di laga lain juga sih, karena Indosiar hanya sekali menayangkan tayangan ulangnya secara sekilas. Komentar-komentar liar di sosial media jadi banyak berkeliaran. Banyak yang hanya menonton highlight sekilas tapi ikut-ikutan asbun bilang golnya sah. Ada juga yang beropini wasit harus melihat layar VAR sebelum memutuskan. Sedangkan offside itu sifatnya faktual dan parameternya jelas, makanya hampir ga pernah ada On-Field Review oleh wasit utama saat ada pengecekan offside. Selama kriteria offside terpenuhi sesuai parameter, maka bisa langsung diputuskan lewat VAR-Only Review. Kecuali ada hal spesifik yang memang butuh subjektivitas wasit terkait poin interference saat offside. Beda halnya dengan keputusan yang sifatnya subjektif yang memang butuh opini wasit utama seperti pelanggaran keras.
Berkat hasil imbang saat melawan Persebaya sebelumnya, Semen Padang FC hanya butuh satu kemenangan lagi untuk memastikan diri bertahan di Liga 1😎. Apesnya, pertandingan yang harusnya jadi penentuan di kandang menghadapi Persik Kediri justru diperberat karena Tin Martic absen akibat akumulasi kartu. Duet Chaby dan Wakaso di lini tengah sedang off day. Semen Padang FC blunder saat tidak memasang pagar betis pas Persik dapat tendangan bebas jarak jauh. Peluang itu dimanfaatkan dengan baik oleh pemain Persik dengan sebuah gol yang mengejutkan. Semen Padang FC kewalahan membalas gol. Untungnya Bruno Gomes berhasil menyamakan kedudukan di babak kedua. Peluang emas untuk menyelamatkan diri lebih awal disia-siakan di depan mata😢. Laga terakhir malah lebih berat karena harus bertandang ke kandang Arema FC. Di saat yang sama, tim calon degradasi lainnya seperti PSS Sleman akan menghadapi Madura United, sedangkan Barito Putera akan menghadapi PSIS Semarang. Barito di atas kertas diuntungkan karena menghadapi tim yang sudah dipastikan terdegradasi. Perjuangan paling berat dipikul PSS Sleman karena wajib menang dan bergantung pada hasil pertandingan lainnya. Semen Padang sedikit berada di atas angin karena hanya butuh menang tanpa ada syarat dari laga lain.
Semen Padang selamat jika berhasil menang tanpa mempedulikan hasil pertandingan lainnya, atau imbang dengan syarat Barito gagal menang, atau kalah dengan syarat Barito dan PSS gagal menang. Barito selamat jika berhasil menang dengan syarat Semen Padang dan PSS gagal menang. Sementara PSS selamat hanya jika berhasil menang dengan syarat Semen Padang kalah. Jika Semen Padang imbang dan PSS bersama Barito menang maka poin ketiganya akan sama. Liga Indonesia menggunakan head-to-head untuk menentukan posisi jika jumlah poin sama. Jika kondisi itu terjadi, maka Barito yang selamat karena secara head-to-head Barito menang 2x melawan Semen Padang dan menang 1x melawan PSS. Semen Padang menang 2x melawan PSS dan kalah 2x melawan Barito. Sedangkan PSS kalah 2x melawan Semen Padang dan hanya menang 1x melawan Barito.
Laga Hidup Mati
Cara terbaik buat Semen Padang adalah menang karena hanya kemenangan yang bisa memberi jaminan tanpa perlu bergantung pada hasil tim lain. Semen Padang harus kehilangan Tin Martic di awal laga karena salah jatuh saat duel dengan pemain Arema FC😢. Chaby masuk menggantikan Martic, dan Wakaso ditugaskan sebagai bek menggantikan peran Martic. Semen Padang tampil menyerang dari awal. Hingga babak pertama berakhir, skor masih 0-0. Di laga lain PSS unggul 2-0 dan Barito imbang 1-1 di babak pertama. Semen Padang sementara masih aman karena unggul head-to-head lawan PSS dan Barito masih belum menang.
Saat babak kedua baru dimulai Barito langsung unggul 2-1. Sementara Semen Padang masih buntu saat menyerang. Beberapa peluang gagal dimanfaatkan dan mengenai tiang. Beberapa kali serangan Arema FC juga cukup mengancam. Hingga akhirnya gol Chaby di menit 72 memanfaatkan umpan tarik Stewart dari sisi kanan membuat nafas sedikit lebih lega. Meski sudah unggul Semen Padang masih mencoba menguasai permainan karena unggul 1-0 belum aman. Sementara Arema FC serangannya cukup bikin nafas kembali tertahan. Beberapa penyelamatan Arthur dan beberapa upaya dari sundulan maupun tendangan dari pemain Arema FC yang masih melenceng membuat jantung berdebar lebih kencang. Di akhir laga Semen Padang FC berhasil unggul 2-0 lewat aksi solo run Ridwan yang memastikan takdir Semen Padang FC untuk tetap bertahan di Liga 1🥳. Dia berhasil melakukan nutmeg pada pemain Arema FC dan berhasil memenangi aksi 1v1 melawan bek Arema FC lainnya lalu mengecohnya sebelum melepaskan tendangan mendatar dari luar kotak penalti yang menusuk sudut kiri bawah gawang tanpa mampu diselamatkan kiper. Hasil akhir ini membawa Semen Padang FC loncat ke posisi 13 klasemen akhir dengan poin 36 bersama Persis Solo dan Madura United. Semen Padang unggul head-to-head karena 2x menang melawan Madura United dan 2x imbang dengan Persis Solo, sementara Persis Solo dan Madura United saling mengalahkan dan sama-sama ga pernah menang melawan Semen Padang.
Gorengan Laga Terakhir
Laga penentuan juga dibumbui isu “Arema FC mengalah”. Terutama pas gol kedua, pemain Arema FC dinilai sengaja membiarkan gol terjadi. Itu terjadi di menit 90+4, yang di-nutmeg adalah Guevara. Setelah kena nutmeg posisinya udah tertinggal beberapa meter dari Ridwan karena sebelum di-nutmeg dia mencoba menyapu bola. Ridwan adalah pemain yang baru masuk yang staminanya masih full. Sementara Guevara dan pemain lainnya main dari menit awal, wajar aja keteteran di menit segitu. Bek di belakangnya mencoba membayangi sebelum akhirnya terkecoh dan sliding yang dilakukan bek lain ga mampu mengamankan bola sehingga terjadi gol. Lagian tanpa gol kedua pun Semen Padang FC tetap lolos dengan hasil itu.
Beberapa peluang Dalberto yang 2x melenceng dari gawang juga dicurigai. Padahal posisinya saat itu diganggu pemain Semen Padang, tentu ga segampang itu menendang bola dengan tenang. Jangan lupa, dia ini bukan Haaland atau Mbappe yang mungkin bisa dengan gampang mencetak gol dalam kondisi seperti itu. Hanya karena ini terjadi di laga terakhir langsung digoreng. Padahal di laga biasa pun ini kerap terjadi. Beberapa umpan tarik, penyelamatan Arthur, set piece, dan sundulan pemain Arema FC yang melenceng tipis, nyaris gol, dan lebih berbahaya daripada situasi tendangan melenceng itu malah ga ada yang peduli. Tapi tentu saja, asumsi-asumsi liar di laga krusial sangat sering terjadi. Di laga terakhir Liga 1 tahun 2017 saat Persib Bandung kalah di kandang melawan Perseru Serui juga ga luput dari tuduhan “main sabun”. Bagi gw itu hanya pelampiasan orang-orang semata dan sudah biasa digoreng di sosial media. Di Eropa pun sama aja sebenarnya. Antara fans Barcelona dan Real Madrid juga sering saling tuduh ditolong wasit di laga penting. Sampai sekarang sekelas Messi atau Ronaldo masih sering dituduh macam-macam🤭.
Kontroversi Isu Mafia
Dalam perjalanannya, penasihat klub Semen Padang FC sering mengkritik PSSI & PT LIB dengan isu mafia. Termasuk isu tim Sumatera yang diskenariokan akan degradasi. Diperparah dengan pernyataan Wakil Ketua Umum PSSI, Zainudin Amali, yang bilang bahwa di Sumatera tidak ada tim sepak bola yang bertanding di Liga 1, yang bikin isu mafia ini semakin memanas. Beberapa hal memang ada keputusan aneh wasit yang merugikan Semen Padang FC seperti Wakaso yang merebut bola dengan bersih dianggap pelanggaran oleh wasit dan dihadiahi kartu kuning. Wakaso kesal dan melempar bola ke tanah dengan keras, lalu wasit memberikan kartu merah karena dinilai sebagai tindakan tak terpuji. Hukumannya diperberat oleh Komdis yang membuatnya harus absen beberapa laga. Tapi ada juga beberapa kejadian yang menurut gw tindakan wasit udah benar, seperti 2 gol Semen Padang FC yang dianulir wasit saat melawan PSIS. Penasihat klub sampai protes keras ke PT LIB atas kejadian itu. Menurut gw ini agak berlebihan karena secara objektif itu golnya emang udah bener dianulir. Tentu saja itu jadi gorengan media. Akhirnya malah dia yang dituduh sebagai mafianya. Kritik-kritiknya ke PSSI & PT LIB kadang bikin citra klub jadi buruk. Tuduhan ini jadi berbalik ke Semen Padang FC hanya karena dianggap berisik oleh fans tim lain. Tapi di satu sisi, kayaknya PSSI & PT LIB emang butuh “lawan sepadan” dari orang yang punya jabatan publik untuk dikritik, karena kalau yang mengkritik adalah netizen biasa seringkali ga didengar. Buktinya tuntutan untuk penggunaan wasit asing di sisa laga dipenuhi. Kalau netizen biasa yang nuntut belum tentu dituruti🤷.
Terkait isu mafia yang sering digaungkan, gw sendiri masih antara percaya dan ga percaya karena buktinya sampai saat ini masih lemah. Menurut gw faktor yang paling berperan terhadap jeleknya Semen Padang FC musim ini adalah blunder manajemen itu sendiri dari awal musim. Adapun faktor wasit menurut gw emang kualitas SDM wasit lokal aja yang masih perlu diperbaiki. Meskipun gw akui dengan adanya VAR terdapat peningkatan kualitas dalam mengambil keputusan, tapi tetap ada beberapa keputusan yang menurut gw patut dipertanyakan. Beberapa hasil keputusan Komdis menurut gw berlebihan dan ga konsisten terhadap jenis pelanggarannya. Ini menurut gw PR besar PSSI yang harus dibenahi, terlepas ada atau tidaknya mafia seperti yang sering dihembuskan. Jika mafia itu memang benar adanya dan bisa dibuktikan secara konkret tentu akan sangat menarik🤔.
Resolusi Musim Depan
Meskipun selamat dari jeratan degradasi dan performanya meningkat, tetap saja masih banyak hal yang perlu diperbaiki untuk musim depan. Semen Padang FC harus bergerak lebih cepat, jangan kalah start lagi dalam berburu pemain baru. Manajemen harus sadar, skuad murah meriah di era sekarang udah ga mempan. Dongeng yang pernah jadi kenyataan pada Leicester City itu hanya anomali yang rasio terjadinya sangat jarang. Liga 2 dan Liga 1 itu gap-nya sangat jomplang, jangan dibiasakan mencari pemain murah meriah dari Liga 2 kecuali emang punya kualitas atau ada pemain muda yang sangat potensial. Sedangkan untuk pemain berpengalaman, cari yang punya jam terbang bagus di Liga 1 saja. Gw ga tau rumor yang tersiar itu beneran atau tidak, tapi jangan sampai manajemen atau agen, atau siapa pun yang bukan spesialisnya mengintervensi pelatih kepala dalam mencari pemain. Cukup sediakan budget dan biarkan sang pelatih leluasa mencari pemain sesuai kebutuhannya. Stop cari pemain asing seperti membeli kucing dalam karung. Terlalu gambling. Hanya sebagian kecil yang benar-benar sesuai harapan. Apa yang dilakukan Almeida di putaran kedua dalam mencari pemain sudah bagus.
Untuk pelatih menurut gw Almeida masih layak dipertahankan karena dia udah cukup paham kondisi tim dan secara hasil buat gw lumayan memuaskan. Kecuali emang ada opsi pelatih yang lebih bagus yang karakternya cocok dengan tim ini. Pemain lokal yang ada saat ini benar-benar jadi perhatian. Kedalaman skuad sangat memprihatinkan. Saat pemain inti ada yang berhalangan, penggantinya ga ada yang sepadan, kondisi tim langsung pincang. Beberapa pemain lokal yang masih sangat layak dipertahankan adalah Alexvan Djin, Gala, Firman, Rian, Irkham, Rosad, dan Ridwan. Mereka jadi standar kelayakan calon pemain lokal yang baru nanti. Kualitas pemain lokal yang baru minimal kualitasnya kayak mereka. Untuk pemain asing, sebagian besar layak dipertahankan, terutama Arthur, Martic, Wakaso, Chaby, Stewart, dan Gomes. Ini standar minimal pemain asing yang harus dicari. Kalau ada yang lebih bagus dari mereka tentu lebih baik. Selain itu, investasi pada pemain muda di akademi juga harus dijalankan dengan baik untuk regenerasi pemain di masa depan.
Penutup
Perjalanan Semen Padang FC dalam mengarungi kompetisi Liga 1 2024/2025 ini penuh drama. Mengawali kompetisi dengan rasa pesimis dari fans hingga beberapa kali terjungkal di dasar klasemen di putaran pertama. Awal putaran kedua harapan baru sempat muncul berkat kehadiran pemain baru yang mampu meningkatkan performa dan kualitas tim. Ga berselang lama masalah kedalaman skuad muncul saat pemain inti cedera, akumulasi kartu, hingga dihukum Komdis. Sampai-sampai Semen Padang FC kembali terjerembab di zona degradasi. Setelah pemain andalan mulai bisa bermain kembali satu-persatu, keadaan kembali membaik. Kompetisi diakhiri dengan poin 36 di posisi 13 klasemen akhir. Lolos dari degradasi rasanya kayak habis juara. Sungguh perjalanan yang sangat menguji mental. Sampai jumpa di Liga 1 musim depan!