Pentingnya Privasi
Sat. Jan 25th, 2025 02:07 PM6 mins read
Pentingnya Privasi
Source: HuggingFace@ehristoforu DALL•E 3 XL v2 - privacy

Salah satu kekurangan dari era digital sekarang adalah terbukanya privasi yang dapat merugikan kita. Data-data pribadi bisa dengan gampangnya disalah-gunakan kalau ga hati-hati. Beberapa tahun belakangan kita juga sering mendengar database dari e-commerce, perbankan, pinjol, bahkan pemerintahan dibobol dan datanya diperjual-belikan sama pihak yang ga bertanggung-jawab. Ini yang bikin gw jadi berhati-hati banget saat berinteraksi dengan paltform dunia maya maupun dunia nyata kalau udah dimintain data pribadi seperti nomor HP, KTP, KK, nomor rekening, bahkan nama lengkap pun enggan gw kasih tau ke orang yang ga gw kenal. Jadi parno gw ngeliat fenomena ini. Apalagi platform online yang kita ga tau seperti apa teknis pengamanan datanya di server. Kalau ga di-encrypt tentu bahaya data pribadi kita bisa disalah-gunakan. Gw sendiri punya beberapa pengalaman yang kurang menyenangkan terkait privasi ini.

Diteror Dituduh Sebagai Ustadz Imran

Ini berawal dari kebodohan gw juga sih di masa remaja. Waktu pertama kali punya HP gw suka nyebar nomor ke sosial media biar banyak teman. Waktu itu pertandingan Semen Padang FC vs Deltras Sidoarjo di Semifinal Divisi Utama. Pertandingan yang tadinya live di ANTV tiba-tiba dibatalkan live-nya sama ANTV. Tapi karena gw pake parabola, gw bisa search channel feed siaran mereka biar bisa nonton live. Gw post tutorial buat nyari siaran itu di grup Facebook Semen Padang FC. Gw tambahin juga nomor HP gw di post tersebut kalau ada pertanyaan lebih lanjut. Seingat gw selama pertandingan kurang lebih ada 3 nomor yang telepon buat nanyain skor. Pertandingan selesai dengan kekalahan Semen Padang FC lewat adu penalti.

Beberapa hari setelahnya gw menerima SMS masuk dari nomor yang ga dikenal yang berisi sumpah-serapah. Nomor gw disangka nomornya Ustadz Imran yang dituduh menghamili istri orang di Pariaman yang gw sendiri juga ga kenal Ustadz Imran ini siapa. Awalnya gw ketawa-ketawa aja, gw anggap orang salah sambung biasa😅. Makin lama SMS yang masuk makin sering. Gw di-anjing-anjing-in, disumpahin yang jelek-jelek, dituduh perkosa orang, bawa kabur anak gadis orang. Mana dia pake tulisan alay lagi, huruf “A” diganti “4”, huruf “E” diganti “3”, huruf “I” diganti “!”, pusing gw bacanya. Tapi lama-lama kesel juga, gw bales SMS-nya sekali buat bilang bahwa dia salah sambung. Tapi tetap aja gw diteror dan dikira pura-pura ga ngaku. Puncaknya dia sering missed call gw dini hari, tiap gw angkat dimatiin sama dia. Kadang beneran ditelepon sambil dikatain trus ditutup lagi sama dia. Bener-bener meresahkan. Tidur gw jadi ga nyenyak gara-gara dia😡. Pernah sekali gw angkat teleponnya trus gw ngegas balik, “Ini siapa? Gw bukan Ustadz Imran!”. Orang tua gw sampai bangun karena gw teriak-teriak di telepon. Dia matiin telepon dan kembali missed call doang.

Karena dituduh sebagai Ustadz Imran di Pariaman, otomatis gw mikirnya nomor gw kesebar terkait aktivitas gw di sekitaran Sumatera Barat. Gw ingat-ingat gw hanya share nomor di grup Facebook Semen Padang FC itu doang sih. Kemungkinan besar nomor gw bocor dari grup itu. Untungnya waktu itu kakak gw beli SIM card baru dari sponsor turnamen basket di SMA. Kakak gw yang merupakan alumni SMA itu beli buat support kegiatan itu. Tapi dia ga tau SIM card ini mau dipake buat apa. Trus gw minta aja SIM card itu dan gw ganti nomor biar ga diteror lagi. Sampai sekarang gw masih ga tau, Ustadz Imran ini beneran ada orangnya dan kejadiannya demikian atau ini cuma tokoh fiktif dari orang iseng.

Terdaftar Sebagai Anggota Partai

Ini kejadiannya sejak gw ngekos di Matraman. Gw ditanyain KTP & KK sama Ibu RT dan penjaga kos. Awalnya gw anggap itu sebagai SOP biasa dan gw kasih aja fotocopy KTP & KK. Beberapa waktu kemudian mereka kembali mintain fotocopy KTP, KK, dan nomor HP. Hampir tiap beberapa bulan sekali mereka minta data ke kosan. Selama ini selalu gw kasih. Kemarin mereka datang lagi ke kamar dengan alasan pendataan. Trus dia nanya, “udah berapa lama tinggal di sini?”. Gw jawab aja, “udah 3 tahun lebih”. Trus dia heran, “kok belum kedata, sebelumnya belum pernah ngasih data ya?”. Padahal selama ini gw selalu ngasih, kok dibilang belum pernah. Jadi selama ini data yang gw kirim larinya ke mana? Lagian ini ngapain mereka sering minta data pribadi? Terakhir kali gw ngasih data pas sebelum pilpres, sekitaran November 2023 lalu.

Beberapa waktu lalu sempat berhembus kabar kebocoran data KTP yang mendukung paslon independen Cagub Jakarta dan beberapa KTP terdaftar sebagai anggota partai tertentu. Gw iseng ngecek KTP gw di website KPU. Ternyata gw kedaftar sebagai anggota Partai Kebangkitan Nusantara. Sejak kapan gw tergabung jadi anggota partai? Hingga detik ini gw masih ga ikut parpol manapun! Kok tiba-tiba udah terdaftar aja jadi anggota partai? KPU bilang bahwa data bisa dihapus dengan syarat menghubungi DPC terdekat. Tapi tetap aja ribet, gw ga pernah ngedaftarin diri, kenapa gw yang harus ribet buat ngurus penghapusan keanggotaan? Mana harus siapin berkas-berkas lagi😡. Kalau udah begini gw jadi makin takut buat ngasih data pribadi ke orang lain. Gw curiga sumber bocor data KTP gw adalah dari kosan ini karena sebelumnya selama gw ngekos di daerah lain gw hanya sekali dimintain KTP pas awal pindahan doang. Dan selama itu data gw ga pernah bocor. Cuma di sini doang gw sering dimintai data pribadi sampai bocor begini😤.

Mengunci Akun Facebook

Selain data di dunia nyata, gw juga menjaga data-data gw di dunia maya. Yang paling banyak sih di Facebook karena gw punya Facebook udah dari 2009 dan sampai saat ini gw masih aktif buka Facebook. Untuk akun sosial lainnya gw jarang make, jadi gw rasa ga ada yang terlalu privasi di sosial media lain. Untungnya Facebook punya fitur untuk mengunci akun, jadi selain teman, orang lain ga bisa mengakses profil kita. Setidaknya gw bisa mencegah orang-orang yang ga gw kenal melihat riwayat akun gw. Ini juga salah satu alasan gw bikin akun baru saat kuliah. Di akun lama gw temannya banyak yang ga gw kenal di dunia nyata. Awal main Facebook gw sering menambahkan orang random sebagai teman. Niatnya ingin memperbanyak kenalan. Termasuk di antaranya pemain dan pelatih sepak bola, seperti coach Indra Sjafri, dan beberapa pemain Semen Padang FC saat itu. Tapi kemudian gw sadar, gw malah meng-ekspose privasi gw ke orang-orang yang ga gw kenal. Beberapa bulan lalu gw sempat login lagi ke akun lama untuk menghapus status dan foto yang menurut gw terlalu pribadi.

Melindungi Nomor Pribadi

Sejak kejadian terror dituduh sebagai Ustadz Imran gw jadi makin berhati-hati buat ngasih nomor pribadi gw ke orang yang ga gw kenal. Yang tahu nomor pribadi gw sekarang hanyalah orang-orang yang gw kenal secara personal dan akun penting yang gw gunakan seperti perbankan, investasi, online shopping, ojek online, dan beberapa akun lainnya yang memang penting buat gw. Makanya kalau misalkan gw daftar suatu akun yang mewajibkan untuk isi nomor telepon gw selalu mikir berkali-kali. Kalau misalkan ga terlalu penting gw lebih memilih untuk uninstall atau cari alternatif aplikasi lain yang ga mewajibkan untuk isi nomor telepon. Berkat kehati-hatian ini gw hampir ga pernah dapat WhatsApp spam kayak judol atau pinjol di saat banyak orang di luar sana yang sering dapat pesan spam kayak gitu. Karena alasan privasi juga lah gw memilih bikin story di WhatsApp daripada bikin status atau story di akun sosial media lainnya. Gw pikir gw lebih terlindungi untuk bikin status atau story di WhatsApp karena hanya bisa dibaca oleh orang yang gw kenal. Walaupun ga 100% aman juga sih. Sampai sekarang gw udah hampir ga pernah post status atau story di Facebook lagi sejak ada Story WhatsApp.

Ga Memakai Nama Asli

Selain Nomor Pribadi, gw juga menjaga nama lengkap gw untuk beberapa akun. Sebagian besar akun gw ga menggunakan nama asli. Melainkan menggunakan nama samaran. Atau setidaknya menggunakan nama panggilan doang, “Ferry”. Atau nama depannya asli, nama belakangnya samaran. Hanya akun yang memang mewajibkan nama asli doang gw pake nama lengkap kayak akun Bank, investasi, atau LinkedIn. Bahkan nama di WhatsApp gw pun ga pake nama lengkap asli hingga beberapa teman bingung sama nama gw😅.

Penutup

Sejak beberapa kejadian itu gw emang se-strict itu sama data pribadi. Kapok gw diteror di tengah malam hingga tiba-tiba jadi anggota partai. Ga mau lagi deh. Ga di dunia nyata atau di dunia maya sama aja, privasi kita makin lama makin terbuka dan dimanfaatin sama orang-orang yang ga bertanggung-jawab. Bahkan kejadian di luar sana ada yang datanya sampai dimanfaatin orang buat pinjol yang sama sekali ga dia lakukan. Jangan sampai gw kayak gitu deh, ribet banget urusannya nanti. Apalagi sekarang dengan system COD banyak juga yang melakukan penjebakan dengan cara mengirim paket ke alamat pribadi kita tanpa sepengetahuan kita. Ditambah dengan ramenya kasus doxing di sosial media beberapa waktu lalu terhadap beberapa akun, jadi serem banget sekarang😥.

© 2025 · Ferry Suhandri