“Marhaban tiba, Marhaban tiba…”. Gw tiap bulan Ramadhan sering keinget scene penyanyi dangdut yang salah lirik😅. Udah lama gw ga nulis tentang unek-unek yang ada di kepala. Karena saat ini udah memasuki bulan Ramadhan, gw nulis terkait keagamaan aja deh. Kebetulan gw punya unek-unek terkait agama & tradisi yang selama ini biasa dilakukan di Indonesia, terutama di circle gw. Kayaknya ga circle gw doang deh. Masih banyak yang ga bisa ngebedain mana kegiatan keagamaan dan mana tradisi. Yang wajib jadi ga wajib, yang sunnah jadi wajib, yang bertentangan malah dilakukan. Disclaimer dulu, gw bukan ustadz maupun ahli agama, ini semua hanya unek-unek di kepala dari hal-hal yang gw perhatikan selama ini.
Hilal Berbeda
Indonesia memiliki “tradisi” penentuan awal puasa & lebaran antar ormas yang sering berbeda😅. Sedangkan di negara arab penentuannya cenderung sama dan mungkin hanya sebagian kecil minoritas yang berbeda. Mungkin karena mereka negara monarki kali ya, jadi pada ngikut Raja. Sedangkan Indonesia ini negara demokrasi, jadi masing-masing kelompok bebas menyuarakan perbedaannya. Ini karena terdapat perbedaan cara menentukan hilal dengan ormas di Indonesia. Seperti Muhammadiyah yang menggunakan metode Hisab menetapkan hilal itu cukup 0° sebagai tanda pergantian bulan. Sedangkan menteri agama se-Asia Tenggara (MABIMS) menyepakati hilal itu 3°. Mereka menggunakan metode Rukyatul Hilal seperti pemerintah Saudi Arabia di mana hilal itu harus “terlihat”, sedangkan kalau hilal kurang dari 3° visibilitasnya masih kurang dilihat pake mata telanjang. Mungkin masih banyak yang bingung, kenapa awal puasa & lebaran di Asia Tenggara kadang berbeda dengan negara-negara arab. Itu karena orang-orang menyama-ratakan penanggalan masehi dengan penanggalan hijriah. Pertama, kita harus pahami dulu, penanggalan masehi itu berdasarkan pergerakan bumi mengelilingi matahari dan diawali dari jam 12 malam, sedangkan penanggalan hijriah berdasarkan pergerakan bulan mengelilingi bumi dan diawali dari matahari terbenam, bukan jam 12 malam. Makanya Tarawih itu dimulai di malam H-1 awal puasa di tanggal masehi, dan takbiran itu dimulai dari malam H-1 lebaran di tanggal masehi, bukan dari jam 12 malam. Lalu, wilayah bumi bagian timur seperti Asia Tenggara mataharinya selalu tenggelam lebih dulu dibandingkan wilayah bumi di Asia Barat. Contohnya WIB di zona +07:00 dan Saudi di zona +03:00. Saat matahari terbenam lebih dulu di Asia Tenggara, posisi bulan belum sesuai kriteria hilal dan pada saat itu di Asia Barat masih siang. Ketika matahari sudah terbenam di Asia Barat, barulah posisi bulan telah bergeser sehingga hilal terlihat di wilayah Asia Barat. Sedangkan pada saat itu wilayah Asia Tenggara udah memasuki tengah malam. Sesuai penanggalan hijriah, pergantian hari itu berdasarkan posisi bulan saat matahari terbenam, bukan saat tengah malam. Itulah alasannya kenapa awal puasa & lebaran di Asia Tenggara kadang berbeda dengan Asia Barat. Jadi jangan percaya konspirasi yang aneh-aneh ya🤣. Yang beda bukan wilayah Indonesia doang, tapi wilayah Asia Tenggara, Asia Timur, hingga Australia juga. Mau ikut fatwa yang manapun boleh-boleh aja asal konsisten dan tau alasannya. Bukan asal ngikut aja.
Imsak
Pada jadwal imsakiyah Ramadhan ada namanya waktu imsak. Imsak ini waktunya 10 menit sebelum adzan shubuh. Di Indonesia biasanya imsak ditandai dengan suara sirine. Fenomena ini hanya terjadi di Indonesia. Di jaman Nabi Muhammad pun hal semacam ini belum ada. Itu adalah inisiatif ulama jaman dulu agar puasanya ga mepet-mepet. Tapi beberapa orang di Indonesia meyakini bahwa puasa dimulai saat imsak. Termasuk gw dulu😅. Padahal yang menjadi awal dimulainya puasa adalah saat terbitnya fajar dan adzan shubuh berkumandang. Imsak itu ibarat lampu kuning di lampu lalu lintas, hanya sebagai pengingat bahwa 10 menit lagi puasa dimulai. Kita masih dibolehkan untuk makan atau minum di waktu imsak. Justru mengakhirkan sahur itu dianjurkan. Kalau adzan shubuh udah berkumandang barulah kita harus menghentikan makan & minum karena puasa officially dimulai.
Doa Sebelum Berbuka Puasa
Banyak orang yang berdoa ketika sebelum berbuka puasa. Padahal sebenarnya doa berbuka puasa itu adalah doa ketika setelah berbuka puasa. Gw dulunya juga kebalik sih😅. Sunnahnya adalah menyegerakan berbuka dan berdoa setelahnya. Jenis doa berbuka puasa pun beragam, tapi di Indonesia yang populer adalah yang diawali “Allahumma Laka Shumtu…”. Sebenarnya itu adalah doa berbuka puasa karya seorang ulama yang kemudian populer di Indonesia. Di dalam beberapa riwayat, doa berbuka puasa yang dilakukan oleh nabi Muhammad adalah yang diawali “Dzahabaaz Zhoma-u…”. Tapi apapun itu, ga ada yang salah, mau pakai doa yang manapun semuanya sama.
Tarawih Berjamaah
Tarawih adalah shalat sunnah yang hanya ada di bulan Ramadhan. Tarawih ini asal-usulnya dari jaman Nabi Muhammad dilakukan secara munfarid, bukan berjamaah. Yang menginisiasi shalat Tarawih berjamaah adalah Utsman bin Affan saat menjadi khalifah. Ini yang menjadi acuan hingga jaman sekarang banyak yang mengerjakan Tarawih itu secara berjamaah di masjid, termasuk di Indonesia. Hanya saja ada juga yang “mewajibkan” ibadah ini dilakukan secara berjamaah di Indonesia dengan alasan Tarawih itu spesial karena hanya sekali setahun. Melakukan shalat Tarawih secara munfarid malah jadi terlihat aneh di mata masyarakat😅. Memang benar, Tarawih itu hanya sekali setahun, tapi bukan berarti itu menjadi alasan Tarawih berjamaah ini menjadi wajib. Kalau dijadikan wajib ke masjid kasian orang yang kerja shift malam dong. Hukum asal Tarawih itu tetaplah sunnah muakkad dan boleh dilakukan secara munfarid maupun berjamaah.
Ramadhan & Syawal: Bulan Khusus Minta Maaf
Ini juga salah satu tradisi yang dilakukan hampir semua umat muslim di Indonesia. Tiap menjelang Ramadhan pasti pada latah bermaaf-maafan. Padahal ga tau salahnya apa, yang penting maaf-maafan aja😅. Abis Ramadhan ntar maaf-maafan lagi pas lebaran😅. Entah itu dilakukan secara langsung maupun broadcast via WhatsApp atau sosmed (ataupun SMS pada jaman dulu). Ntar abis Ramadhan dan lebaran balik berantem lagi😂. Sebenarnya ga ada perintah yang menjadikan bulan Ramadhan & Syawal sebagai bulan khusus bermaaf-maafan. Tapi jangan salah tuduh dulu, bukan berarti gw menentang orang yang bermaaf-maafan😓. Minta maaf itu wajib, tapi ketika memang secara sadar melakukan kesalahan kepada seseorang. Itu ga harus di bulan Ramadhan. Masa iya ributnya bulan Dzulhijjah tapi minta maafnya harus nunggu Ramadhan dulu, keburu meninggal ntar gimana? Minta maaf itu dilakukan secepatnya, sebisa mungkin jangan ditunda-tunda. Begitu juga kalau misalkan ada orang yang melakukan kesalahan kepada kita tanpa mereka sadari atau tanpa kesengajaan, kita juga dianjurkan memaafkannya sebelum mereka minta maaf. Kalau misalkan memang selama ini ga ada masalah sama seseorang maka ga perlu minta maaf. Muslim di luar negeri ga ada tradisi kayak gini. Mungkin karena orang Indonesia ini terlalu ramah kali ya😅. Bahkan ada orang yang ga kenal, baru ketemu, maupun yang jarang ketemu minta maaf ke gw menjelang Ramadhan. Gw jadi bertanya-tanya dalam hati, dia minta maaf terkait kesalahan yang mana ya? Bingung gw🤔. Ga cuma itu, di sini yang harus minta maaf itu orang yang lebih muda, meskipun yang bersalah adalah orang yang lebih tua. Padahal harusnya yang merasa bersalah lah minta maaf duluan, bukan liat umur.
Mudik
Ini adalah tradisi di Indonesia yang paling sering dilakukan orang yang bekerja di luar kampung halamannya. Mudik ini hanya ada di Indonesia, di mana orang-orang mengunjungi rumah orang tua atau keluarganya saat lebaran. Bahkan pemerintah menerbitkan aturan baru, yaitu Cuti Bersama untuk menfasilitasi kegiatan ini. Dalam perintah agama sendiri, saat lebaran itu yang dianjurkan adalah mengunjungi rumah-rumah tetangga dan keluarga sekitar tempat tinggal saja. Ga harus jauh-jauh pulang kampung juga sebenarnya. Tapi di Indonesia ini udah kayak hal wajib, tiap lebaran orang-orang pasti pada ingin mudik. Termasuk gw😁. Tapi gw sendiri mudik bukan karena alasan agama, tapi murni karena ingin liburan semata😂. Gw ini orangnya emang ga suka jalan-jalan, jarang banget gw liburan ngambil cuti selama di Jakarta. Satu-satunya momen yang bisa gw manfaatkan untuk libur panjang cuma saat mudik ini. Apalagi ditambah cuti bersama, makin panjang liburnya🤩.
Ibadah Pakai Pengeras Suara
Ini sempat rame akhir-akhir ini sejak ada himbauan dari Kemenag terkait penggunaan pengeras suara di masjid. Di negara Islam lain yang menganut hukum Islam pun speaker masjid itu ada batasannya, ga boleh terlalu keras dan itu hanya untuk adzan doang. Itu pun yang dihimbau Kemenag batasnya 100db, di mana di negara-negara arab batasannya 85db paling gede. Masih lebih longgar himbauan dari pemerintah Indonesia. Itu orang-orang yang protes ngerti 100db sekeras apa ga sih? Di Indonesia orang-orang pada doyan banget menggunakan speaker luar atau toa masjid untuk seluruh kegiatan seperti tadarus, ceramah, hingga nyanyi lagu qasidah setel volume yang kenceng. Sampai ada juga yang belajar iqro’ pake toa segala🤦. Kegiatan yang diwajibkan untuk dikeraskan itu hanya adzan. Selain adzan, ga ada anjuran untuk mengeraskan suara kegiatan ibadah hingga ke seluruh kampung. Islam sendiri melarang kita berlebih-lebihan. Justru mengeraskan suara kegiatan ibadah selain adzan itu cenderung lebih banyak mudharatnya daripada manfaatnya. Gw sendiri pernah mengalaminya waktu ngekos di Jakarta Barat. Kosan gw beda 3 rumah doang sama masjid. Kamar gw di lantai 2 persis sama tinggi dengan tower toa masjid yang menghadap tepat ke arah jendela kamar. Tiap 30 menit sebelum shalat 5 waktu mereka shalawatan dengan suara full, kadang sambil nyalain rekaman tadarus. Lalu tiap setelah Maghrib mereka ada kegiatan ceramah sampai Isya. Tiap Sabtu ada kegiatan pengajian khusus ibu-ibu dari abis Dzuhur sampai Ashar sambil nyanyi-nyanyi lagu qasidah, udah kayak gereja aja🫣. Tiap malam minggu ada kegiatan anak-anak belajar Iqro’ atau bapak-bapak belajar baca Qur’an. Gw apresiasi sih mereka mau belajar, tapi ga harus pakai pengeras suara juga dong. Sekali sebulan mereka juga ada jadwal wirid bulanan dari abis Isya sampai jam 11 malam. Itu semuanya dilakukan pake pengeras suara speaker luar dengan volume yang tinggi. Kaca kosan gw sampai bergetar🤦. Bayangin kalo abis pulang lembur pengen istirahat dengan kondisi seperti itu😒. Ada juga yang merasa paling Islami berargumentasi dengan bilang bahwa “yang terganggu berarti setan”. Plot twistnya, biasanya yang berkata demikian yang gw temui justru orang yang jarang ibadah, sok-sokan biar terlihat alim. Cobain sendiri deh, dengerin pengajian trus setel suara speakernya full kenceng sampai kaca di rumah bergetar rutin tiap hari kayak yang pernah gw rasain. Poinnya adalah bukan terganggu karena isi kegiatannya, tapi terganggu karena volumenya yang kelewatan.
Wajib Haji & Gelar Haji
Haji adalah rukun Islam kelima. Bunyinya adalah “Menunaikan Haji bagi yang mampu”. Padahal tertulis jelas “bagi yang mampu”, tapi banyak juga yang ga mampu tapi memaksakan diri menunaikan ibadah Haji. Mampu ini artinya mampu secara fisik maupun finansial. Gw setuju dengan salah satu isi ceramah Buya Yahya, naik Haji itu wajib bagi yang sudah kaya dan punya harta berlebih untuk naik Haji. Dosanya dihitung hanya ketika udah kaya tapi ga mau berhaji. Kalau buat cari makan aja masih susah jangan memaksakan diri apalagi sampai mengutang hingga mengurangi anggaran nafkah keluarga demi melakukan ibadah Haji karena belum diwajibkan. Lebih wajib memberi nafkah keluarga daripada naik haji kalau finansial masih pas-pasan. Tapi sayangnya tradisi masyarakat di Indonesia sering membanggakan status orang yang sudah Haji. Orang Indonesia yang berhaji akan mendapatkan gelar dari masyarakat. Mereka akan dipanggil Pak Haji, Bu Haji atau Bu Hajah. Bagi sebagian orang yang sudah berhaji, sebuah kebanggaan tersendiri mendapatkan gelar ini. Tradisi ini setahu gw hanya ada di negara-negara berpenduduk Melayu seperti Indonesia, Malaysia, Brunei, dan Singapura. Di negara-negara arab setahu gw ga ada gelar ini. Konon katanya ini disematkan oleh penjajah Eropa kepada penduduk Asia Tenggara untuk monitoring orang-orang yang pernah bepergian ke Arab.
Peringatan Kematian
Sebagian suku di Indonesia memiliki tradisi ini. Mereka memiliki tradisi tahlilan 7 hari, 40 hari, hingga 100 hari tergantung adat masing-masing. Tradisi ini juga hanya ada di Indonesia. Konon katanya jaman dulu leluhur kita memiliki tradisi memperingati kematian. Setelah Islam masuk ke nusantara, para leluhur enggan meninggalkan kebiasaan ini. Lalu para ulama jaman dulu berinisiatif untuk mengganti kebiasaan tersebut dengan tahlilan. Namun realitanya yang ikut tahlilan seringkali lebih rame dibanding yang ikut shalat jenazah. Sering gw liat pas shalat Dzuhur atau Jum'atan, walau udah diumumin sama imam sebelum shalat wajib agar tidak pulang dulu sehabis shalat untuk shalat jenazah, tapi banyak yang lebih memilih untuk pulang daripada ikut shalat jenazah. Masjid yang tadinya penuh 2 lantai malah tinggal 2 shaf doang😓. Padahal meramaikan shalat jenazah jauh lebih diutamakan. Bahkan jika yang shalat mencapai 100 orang, maka do'a untuk si mayit lebih diperkenankan dibanding tahlilan. Selain peringatan tersebut, ada juga peringatan tahunan, yaitu ziarah kubur setiap bulan Ramadhan. Dalam Islam sendiri ziarah itu dianjurkan, tapi ga harus di bulan tertentu seperti bulan Ramadhan. Tapi mungkin karena tradisi mudik tadi, beberapa orang dari luar kota hanya sempat mengunjungi makam keluarganya menjelang lebaran saja, makanya ini jadi tradisi unik di Indonesia.
Uang Suami & Uang Istri
Bagi beberapa orang, banyak juga yang percaya bahwa "Uang Suami adalah Uang Istri" bagian dari agama. Padahal ini tradisi kebiasaan masyarakat aja. Biasanya karena suami merasa ga bisa mengelola uang sendiri, daripada uangnya habis ga tau ke mana jadinya diberikan 100% ke istri biar istri yang mengelola. Ga salah juga sih jika memang begitu perjanjiannya pas pra-nikah. Dalam agama sendiri justru baiknya dipisahkan uang suami dan uang istri karena bakal ga jelas kepemilikan hartanya ntar dan menyulitkan perhitungan warisan. Yang diatur agama adalah tentang suami yang wajib menafkahi istri secukupnya, tapi istri ga wajib menafkahi suami. Itu bukan berarti uang suami 100% jadi uang istri. Nafkah tersebut meliputi semua kebutuhan primer seperti makan, menyediakan tempat tinggal yang layak, dan pakaian. Minimal suami harus mencukupi kebutuhan istrinya seperti keluarga si istri menafkahi anaknya. Jika istrinya biasa makan ikan, maka minimal suami wajib memberi makan ikan. Jika lebih mewah dari itu tentu lebih bagus. Begitu juga jika istrinya biasa makan daging, maka minimal suami wajib memberi makan daging. Atau jika istrinya biasa dibelikan pakaian baru oleh keluarganya tiap bulan, maka suami juga wajib melakukan hal yang sama. Suami juga wajib menyediakan tempat tinggal, entah itu beli rumah, ngontrak, sewa apartemen, tinggal di rumah orang tua, atau sebagainya selama itu layak. Sedangkan untuk kebutuhan lainnya ga wajib, seperti perhiasan, mobil, gadget, dan lainnya. Tapi itu bukan berarti dilarang, justru dianjurkan jika mampu karena itu adalah bentuk kasih sayang.
Media Berdoa
Di sebagian daerah, meskipun beragama Islam ada juga yang masih mencampur-adukkan cara berdoanya dengan kepercayaan lain. Seperti di Jawa masih ada yang berdoa dengan memberi sesajen ke pohon tua. Ada yang berdoa dengan menghanyutkan sesajen ke laut. Kalau di Minangkabau ada juga yang berdoa sambil membakar kemenyan. Dulu di keluarga gw waktu gw kecil tradisi ini masih dilakukan. Tapi alhamdulillah beberapa tahun terakhir udah ga dilakukan lagi. Pada dasarnya Allah itu Maha Mendengar, bisa mendengar doa hambanya tanpa melalui media-media aneh seperti kemenyan. Praktik seperti itu asalnya adalah praktik animisme jaman dulu.
Verdict
Itulah beberapa unek-unek gw terkait agama dan tradisi di Indonesia. Poinnya di sini adalah gw hanya menjabarkan beberapa tradisi terkait keagamaan Islam di Indonesia yang terjadi di sekitar gw. Ada beberapa tradisi yang gw setuju, ada beberapa hal yang gw ga setuju, dan ada juga tradisi yang menurut gw netral. Tulisan ini murni pendapat pribadi gw aja🙂.