
Finally, gw merasakan tanggal 30 Januari lagi di hidup gw🥳. Alhamdulillah, untuk ke-30 kalinya gw masih diberi kesempatan untuk tetap bernafas di tengah gonjang-ganjing perekonomian serta tech winter akhir-akhir ini🥲. Berdasarkan kalender Hijriah, gw lahir di hari Senin pada tanggal 28 Sya’ban 1415 jam 09.00. Gw adalah anak kelima dari lima bersaudara, alias anak bungsu. Aslinya gw punya adik perempuan, tapi udah meninggal sehingga title “anak bungsu” jatuh ke gw. Selisih umur gw dengan anak keempat adalah 10 tahun, di mana selisih umur kakak-kakak gw lainnya kisaran 2-3 tahun satu sama lain. Kayaknya orang tua gw sempat KB sebelumnya, makanya gw dan adik gw lahirnya paling telat. Kalau misalkan kedua orang tua gw memilih KB mungkin gw dan adik gw ga akan pernah lahir😅. Cerita yang gw tahu, gw lahir di musim hujan. Kota Solok lagi diguyur hujan lebat non-stop selama beberapa hari. Kalau ga salah, saat gw umur 3 hari terjadi banjir besar di Kota Solok di awal Februari. Katanya, itu adalah banjir terburuk yang pernah terjadi sebelum terjadi lagi 2021 lalu. Sebagai refleksi diri di 30 Januari kali ini, gw akan mengulas beberapa hal terkait kehidupan gw sekarang.
Kehidupan
Secara umum gw masih bertarung dengan kondisi Quarter Life Crisis. Gw masih benar-benar ga tau prioritas mana dulu yang harus gw kejar. Secara karir, ekonomi, hingga percintaan semuanya masih samar-samar. Gw mulai merasa kehilangan passion dalam hidup. Beberapa bulan terakhir gw hanya rebahan memikirkan beberapa planning ke depan dan gw belum menemukan jawabannya. Gw mencoba menyibukkan diri dengan mengasah otak melalui soal-soal programming, menulis blog, hingga bermain game Football Manager untuk membangkitkan semangat gw menjalani hari-hari. Hingga saat ini masih belum terasa efeknya. Gw masih berusaha mencoba bangkit dari krisis ini😥.
Karir
Gw bekerja secara WFH di sebuah startup teknologi bidang rantai pasok dan sudah memasuki tahun ke-5 gw bekerja di sini sebagai software engineer. Memang inilah passion gw dan emang kehidupan kayak gini yang gw impi-impikan sejak gw mengenal software engineering dari kuliah. Tapi sekarang gw merasa mulai menemukan titik jenuhnya. Gw ngerasa karir gw stuck di sini. Gw hanya melakukan pekerjaan repetitif yang mulai terasa membosankan. Secara skill gw ga merasakan upgrade belakangan ini. Secara jenjang karir gw stuck di level ini sejak tech winter. Di satu sisi gw ingin mencoba tantangan baru di tempat lain, di lain sisi tech winter mempersulit semuanya. Apalagi akhir-akhir ini layoff hampir di mana-mana. Gw jadi ga berani untuk keluar dari zona nyaman ini. Lowongan pekerjaan terkait IT ga sebanyak dulu di mana gw pernah hampir tiap hari dapat tawaran pekerjaan di LinkedIn. Sampai gw capek menolaknya satu-persatu karena gw percaya bisa berkembang dengan perusahaan tempat gw bekerja sekarang. Sekarang semuanya berbalik, LinkedIn mulai sepi dan gw mulai merasa jalan di tempat di perusahaan sekarang. Lowongan pekerjaan menipis. Kalau pun ada, gaji yang ditawarkan ga sebanding dengan job desknya atau bahkan kurang dari gaji gw sekarang😢. Dihantui isu layoff dan ketidak-jelasan masa depan perusahaan lain dari beberapa review yang gw baca. Apalagi mayoritas perusahaan sekarang full WFO. Semakin bikin gw mikir-mikir untuk pindah karena gw masih berencana bolak-balik ke Solok dan bekerja dari sana. Gw sempat coba apply kerja remote di perusahaan luar negeri, tapi berujung di-ghosting. Hanya mentok sampai interview HR lalu ga ada kabar. Gw curiga mereka malah hanya ingin ngumpulin data pribadi. Di LinkedIn juga sempat rame ngebahas rekruter model ginian. Banyak scam juga dengan iming-iming gaji tinggi tapi malah bikin injeksi untuk exploit data sensitif dari take home test yang dikasih. Salah satu keinginan gw suatu saat nanti adalah gw bisa mendapatkan pekerjaan WFH di luar negeri sehingga gw punya banyak waktu bersama keluarga.
Ekonomi
Kalau dibandingkan dengan UMK Solok, gaji gw emang berkali lipat. Tapi untuk wilayah Jakarta gaji bulanan gw untuk pengalaman gw cenderung biasa saja. Ga tinggi dan ga terlalu rendah juga. Ini efek dari tech winter sih. Meskipun gw ga terdampak PHK, tapi gaji gw dikurangi sekian persen dari gaji asli. Boro-boro naik gaji. Mana gajiannya mulai sering telat😭. Kalau bukan karena gw masih ingin WFH di Solok mungkin gw akan mempertimbangkan kerja WFO di tempat lain dengan gaji yang lebih baik. Untungnya gw udah mulai investasi sehingga gw ada passive income. Tapi ga seberapa, harta yang gw investasikan juga ga sebanyak itu, jadi hasilnya ga terlalu gede. Masih mending sih daripada hartanya gw biarkan mengendap di tabungan rekening. Karena alasan ini juga lah yang membuat gw mengurungkan niat untuk nyicil rumah. Selain karena riba, kondisi ekonomi saat ini yang sedang carut-marut membuat gw ciut buat ngambil hutang jangka panjang. Makanya gw ingin beli rumah cash keras atau bertahap aja nanti sambil nabung lewat investasi. Masalah lainnya adalah harga properti di Jakarta ga ngotak, mark up harganya luar biasa😱. Sedangkan untuk beli rumah di luar Jakarta gw menjadikan itu sebagai opsi paling terakhir, karena mostly kerjaan gw di sekitaran Jakarta dan gw ga mau jika harus menempuh perjalanan jauh tiap hari dari Shubuh sampai malam. Apalagi kalau misalkan gw nanti WFO di tempat yang cukup jauh dari rumah. Salah satu keinginan gw terkait ekonomi adalah gw ingin punya rumah di Jakarta.
Percintaan
Gw straight, dan tentu saja ingin menikah suatu saat nanti. Gw juga ingin punya keturunan. Masalahnya, gw ga tau gw akan menikah di usia berapa. Dulu waktu remaja targetnya di umur 25 sesuai standard orang-orang. Tapi kenyataannya memutuskan menikah tak semudah itu. Faktor terbesarnya tentu saja ekonomi tadi. Untuk hidup sendiri gaji gw masih lebih dari cukup karena gw ga boros. Gw masih bisa bantu-bantu keluarga. Gw masih bisa rutin investasi tiap bulan. Kalau untuk berdua dengan pasangan, apalagi nanti punya anak, gw pikir ini ga cukup untuk kebutuhan di Jakarta. Apalagi gw termasuk generasi sandwich yang masih bantu keluarga. Ditambah kondisi tech winter yang membuat gaji gw justru turun. Setidaknya kalau menikah nanti minimal gw udah beli rumah, sesuatu yang sulit gw realisasikan saat ini😭. Selain itu gw juga takut salah pilih pasangan. Buat nyobain dating apps aja gw trust issue. Sulit bagi gw untuk terbuka sama orang lain, apalagi sama orang asing yang ketemu di dating apps. Sementara circle pertemanan gw makin lama makin menipis. Keinginan gw di percintaan adalah gw hanya ingin menikah dengan orang yang satu frekuensi dan saling mengerti personality masing-masing.
Masa Depan
Salah satu tujuan investasi gw adalah agar gw punya tabungan dan passive income nanti saat pensiun. Gw ga mau kerja sampai usia 50an dan ga mau miskin saat tua, minimal pas tua nanti gw hidup dari passive income. Kalau pun harus kerja, setidaknya gw mau slow living pas udah 50an nanti. Challenge terbesar untuk mencapai itu saat ini adalah punya rumah. Gw pikir ini adalah pengeluaran terbesar yang harus gw keluarkan dalam hidup😔. Mungkin jika perekonomian gw cukup hingga mampu beli rumah di Jakarta gw bisa menghadapi problem hidup lainnya dengan lebih mudah.
Penutup
Di 30 Januari kali ini gw merasa stuck dalam hidup, dari karir, ekonomi, dan percintaan. Hidup gw kayak ga kemana-mana, jalan di tempat. Banyak faktor yang berpengaruh. Yang paling gede pengaruhnya sih gw pikir tech winter. Ini yang membuat gw belum berani keluar dari zona nyaman di tengah carut-marut PHK di mana-mana, ketidak-jelasan perekonomian, penghasilan menurun karena pemotongan gaji, imbasnya gw ga punya harta yang cukup buat beli rumah di Jakarta, hingga membuat gw ragu untuk berkomitmen soal pernikahan. Tapi gw udah ada short term planning-nya kok. Rencananya, gw akan tetap WFH di Solok hingga lebaran nanti. Jika keadaan masih sama, gw akan kembali ke Jakarta dan akan mencoba mencari pekerjaan dengan salary lebih baik meskipun WFO. Di masa sulit ini gw harus berani ambil resiko. Deadline-nya adalah abis Idul Adha nanti gw harus dapat salary yang lebih baik agar bisa segera terwujud keinginan untuk beli rumah. Gw pikir inilah nanti yang akan jadi turning point-nya. Ini challenge terbesar yang harus gw lewati. Untuk long term-nya, gw juga berpikir untuk berwirausaha. Ini salah satu mimpi terbesar gw sebenarnya untuk membuat sebuah inovasi berupa produk. Beberapa waktu lalu gw sempat di-approach sama salah satu VC di LinkedIn yang menawarkan jika gw ada ide buat startup, mereka mau jadi investornya dan ngasih waktu 6 bulan buat develop prototype. Gw pengen sih, tapi gw merasa jauh dari kata siap. Gw belum ada ide yang out of the box dan tentu untuk ini gw butuh partner yang sefrekuensi. Gw juga belum menemukan ini di antara teman-teman gw. Entahlah, apakah suatu saat nanti gw bisa mewujudkan long term plan ini🤔.